Permintaan
domestik yang masih rendah diperkirakan tak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
kuartal kedua tahun ini. Bank Indonesia (BI) memproyeksi perumbuhan ekonomi
kuartal kedua tahun ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
Direktur
Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan,
sebelumya pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini
sedikit di atas 5%.
Namun,
hasil kajian terakhir BI, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini berada di
bawah 5%. "Assessment terakhir
kami pertumbuhan ekonomi 4,9%-5%," kata Juda Kamis (16/6).
Pertumbuhan
konsumsi rumah tangga kuartal kedua diperkirakan akan meningkat, sejalan dengan
peningkatan penjualan menjelang Hari Raya Idul Fitri, yang ditopang dari
rencana pencairan tunjangan hari raya (THR). Namun demikian lanjut Juda, meski
ada perbaikan, penjualan eceran sebagai salah satu indikator konsumsi masih
belum terlalu kuat.
Di
sisi lain, masih rendahnya permintaan domestik juga ditunjukkan dengan
investasi swasta non bangunan yang masih sangat lemah di tengah akselerasi
belanja modal pemerintah. Hal tersebut juga tercermin dari impor transportasi
industri dan penjualan lahan industri yang juga masih lemah.
Masih
lemahnya permintaan domestik, juga tercermin dari pertumbuhan kredit melambat,
dari 7,8% YoY pada Maret 2016 menjadi 8% YoY pada April 2016. Demikian pula
pertumbuhan dana pihak ketiga April 2016 6,2% YoY, turun dibanding bulan
sebelumnya sebesar 6,4% YoY.
Sementara
itu, permintaan global juga belum mengalami perbaikan signifikan. Hal tersebut
utamanya disebabkan karena pertumbuhan ekonomi China sebagai mitra dagang utama
Indonesia tahun ini masih tertahan yang tercermin dari melambatnya investasi,
produksi, dan konsumsi.
Tak
hanya itu, rendahnya permintaan global juga diperkirakan masih terjadi sehingga
harga minyak yang bergerak naik diperkirakan masih akan berada di level yang
rendah. Apalagi, pasokan minyak mentah juga masih tinggi.
Lambatnya
pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini juga yang menjadi pertimbangan
otoritas moneter untuk memangkas BI rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi
6,5%. Tak hanya itu, BI juga memangkas BI seven day reverse repo rate, deposit
facility, dan lending facility masing-masing sebesar 25 bps menjadi 5,25%,
4,5%, dan 7%.
Dengan
demikian, struktur suku bunga operasi moneter BI adalah tujuh hari 5,25%, dua
minggu 5,45%, satu bulan 5,70%, tiga bulan 6,10%, enam bulan 6,3%, sembilan
bulan 6,4%, dan satu tahun 6,5%.
Disadur
dari Kontan, Kamis, 16 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar