Editors Picks

Kamis, 23 Juni 2016

Ekstensifikasi Cukai



Selain pajak, negara memperoleh penerimaan dari cukai. Namun, berbeda halnya dengan pajak, cukai memiliki tujuan utama yaitu mengubah perilaku masyarakat yang mengkonsumsi barang kena cukai. Cukai rokok dikenakan dengan tujuan agar perokok mengurangi konsumsinya, bahkan berhenti merokok.

Dana yang diterima pemerintah dari cukai rokok akan digunakan untuk membiayai akibat (externalitas) negatif dari merokok, misalnya mensubsidi biaya kesehatan masyarakat pendapatan rendah yang sakit akibat penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok.

Dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, Pasal 2 butir 1 dikatakan bahwa barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik:
a. konsumsinya perlu dikendalikan;
b. peredarannya perlu diawasi;
c. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup; atau
d. pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan, merupakan barang-barang yang akan dikenai cukai.

Saat ini baru terdapat tiga jenis barang yang memenuhi karakteristik di atas, sehingga dikenakan cukai, yaitu etil alkohol, minuman yang mengandung etil alkohol, dan hasil tembakau. Penambahan jenis barang yang terkena cukai disebut dengan ekstensifikasi cukai. Di Thailand kurang lebih 20 jenis barang membayar cukai. Ekstensifikasi cukai dapat meningkatkan penerimaan pemerintah, jika dan hanya jika konsumen tidak mengurangi konsumsinya, akibat kenaikan harga naik setelah dikenakan cukai.

Pemerintah bisa memperoleh pendapatan yang sedemikian besar dari cukai rokok, karena tidak mudah bagi seorang perokok untuk berhenti merokok. Perokok akan terus membeli rokok meskipun harga rokok terus naik, sampai suatu titik di mana perokok tersebut tidak mampu membeli lagi. Tingkat cukai rokok yang optimal adalah tingkat cukai yang menyebabkan konsumsi menurun. Selama konsumsi rokok masih meningkat, maka penerimaan pemerintah terus meningkat. Apabila penerimaan cukai rokok menurun, mengindikasikan bahwa konsumsi rokok menurun sehingga tujuan cukai rokok tercapai.

Beberapa contoh barang di Thailand yang dikenakan cukai adalah kapal (yacht) dan perahu (boat) untuk tujuan liburan dan aktivitas hiburan dan rekreasi: Kelab malam dan diskotik, sauna dan pijat ala Turkish, pendapatan yang berasal dari jasa sauna dan pijat, di samping bahan bakar dan minuman ringan.

Pemerintah Indonesia beberapa kali mengemukakan rencana ekstenfikasi cukai, untuk menambah penerimaan pemerintah, mengacu pada banyaknya jenis produk kena cukai yang sudah diterapkan di negara lain. Wacana cukai dikenakan untuk minuman berkarbonasi atau soda, minuman berpemanis, dan yang terakhir wacana untuk dikenakan kepada kemasan gelas dan botol plastik minuman.

Ekstensifikasi adalah sesuatu hal yang baik, terlebih karena meningkatkan pendapatan pemerintah secara signifikan. Penerimaan pemerintah pada akhirnya akan dikeluarkan untuk mengingkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pemerintah harus kembali mengingat pada tujuan awal mengenakan cukai, yaitu ada perilaku masyarakat yang ingin diubah dengan tidak menurunkan tingkat kesejahteraannya, atau bahkan meningkatkan kesejahteraan. Asas keadilan juga berlaku bagi pengenaan cukai.

Thailand mengenakan cukai pada aktivitas hiburan, karena yakin bahwa masyarakat yang menggunakan kapal yacht dan perahu mewah tidak akan turun kesejahteraannya jika membayar cukai. Pemerimaan cukai dapat dipergunakan untuk mensubsidi masyarakat kurang mampu. Demikian juga dengan pengguna jasa pijat dan sauna ala Turki.

Pengenaan cukai tentunya akan meningkatkan harga yang harus ditanggung oleh konsumen. Sama halnya dengan pajak, cukai untuk produk apapun dan dalam bentuk apapun, akan mengurangi pendapatan masyarakat yang dapat dibelanjakan (disposable income) atau menurunkan daya beli masyarakat. Penurunan daya beli masyarakat, menurunkan penjualan perusahaan, dan pada akhirnya menurunkan pendapatan pemerintah dari pajak yang lain, seperti pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan badan. Lebih jauh lagi, jika sampai ada perusahaan tutup akibat penjualan yang turun tajam, akan menyebabkan persoalan tenaga kerja dan sebagainya.

Menghitung Biaya
Sebelum menentukan produk tambahan yang kena cukai, pemerintah perlu menghitung dengan cermat biaya dan keuntungan dari pengenaan cukai. Apabila biaya lebih besar dikeluarkan untuk melakukan ekstensifikasi, maka sebaiknya pengenaan cukai ditunda, sampai pemerintah benar-benar siap menghadapi segala kemungkinan risiko yang akan terjadi.

Hal sangat penting lainnya adalah administrasi pemungutan cukai. Pelaku usaha dan konsumen harus benar-benar mengerti bagaimana cara pemerintah dan kapan pemerintah memberlakukannya. Sebelum seluruh perangkat siap untuk menarik cukai, pemerintah tidak dapat mengeluarkan aturan. Hal ini akan menimbulkan kekacauan di masyarakat. Misalnya jika cukai dipungut dengan mekanisme sama seperti rokok, yaitu membeli pita cukai, pelaku usaha akan bingung ke mana harus membeli, bagaimana menempelkan pita cukai pada produknya dan sebagainya. Diperlukan waktu yang cukup untuk melakukan sosialisasi terhadap instrumen pemungutan cukai itu sendiri.

Ekstensifikasi dengan mencukai mobil pribadi seperti di Thailand lebih realistis jika diterapkan di Indonesia saat ini. Semakin tinggi cc mobil, semakin mahal tarif cukainya. Pemungutannya bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan jasa marga sebagai pengelola jalan tol, dengan memberikan tiket/karcis tambahan tanda pengemudi membayar cukai. Perhitungan tarif cukai per kilometer atau jenis cc mobil juga lebih mudah untuk dilakukan.

Tentunya ada biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dalam menarik cukai, seperti insentif bagi petugas pintu tol atau memasang detektor jenis mobil yang dikenakan cukai. Pengenaan cukai untuk mobil pribadi memberikan disinsentif bagi penggunanya sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, dan mengurangi kemacetan. Hasil penerimaan cukai dapat digunakan untuk membangun infrastruktur kendaraan umum.

Tas dan barang dari kulit bermerek yang hanya dibeli oleh masyarakat tingkat pendapatan sangat atas, juga dapat menjadi objek ekstenfikasi cukai. Perilaku pembeli tas seperti itu sangat kaya, sehingga pengenaan cukai tidak akan mengurangi kecenderungannya untuk terus membeli. Pemerintah akan terus memperoleh penerimaan cukai. Perilaku untuk hidup lebih sederhana dan menggunakan produk dalam negeri menjadi tujuan pengenaan cukai kepada tas bermerek terkenal, baik yang dibeli di dalam negeri atau di luar negeri.

Hasil penerimaan cukai dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas UKM menghasilkan produk dari kulit dengan kualitas yang sama dengan tas bermerek, serta menciptakan merek sendiri yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

oleh Eugenia Mardanugraha
disadur dari Bisnis, Kamis, 23 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar