Selain
pajak, negara memperoleh penerimaan dari cukai. Namun, berbeda halnya dengan
pajak, cukai memiliki tujuan utama yaitu mengubah perilaku masyarakat yang
mengkonsumsi barang kena cukai. Cukai rokok dikenakan dengan tujuan agar
perokok mengurangi konsumsinya, bahkan berhenti merokok.
Dana
yang diterima pemerintah dari cukai rokok akan digunakan untuk membiayai akibat
(externalitas)
negatif dari merokok, misalnya mensubsidi biaya kesehatan masyarakat pendapatan
rendah yang sakit akibat penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok.
Dalam
Undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, Pasal 2 butir 1 dikatakan
bahwa barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik:
a.
konsumsinya perlu dikendalikan;
b.
peredarannya perlu diawasi;
c.
pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan
hidup; atau
d.
pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan,
merupakan barang-barang yang akan dikenai cukai.
Saat
ini baru terdapat tiga jenis barang yang memenuhi karakteristik di atas,
sehingga dikenakan cukai, yaitu etil alkohol, minuman yang mengandung etil
alkohol, dan hasil tembakau. Penambahan jenis barang yang terkena cukai disebut
dengan ekstensifikasi cukai. Di Thailand kurang lebih 20 jenis barang membayar
cukai. Ekstensifikasi cukai dapat meningkatkan penerimaan pemerintah, jika dan
hanya jika konsumen tidak mengurangi konsumsinya, akibat kenaikan harga naik
setelah dikenakan cukai.
Pemerintah
bisa memperoleh pendapatan yang sedemikian besar dari cukai rokok, karena tidak
mudah bagi seorang perokok untuk berhenti merokok. Perokok akan terus membeli
rokok meskipun harga rokok terus naik, sampai suatu titik di mana perokok
tersebut tidak mampu membeli lagi. Tingkat cukai rokok yang optimal adalah
tingkat cukai yang menyebabkan konsumsi menurun. Selama konsumsi rokok masih
meningkat, maka penerimaan pemerintah terus meningkat. Apabila penerimaan cukai
rokok menurun, mengindikasikan bahwa konsumsi rokok menurun sehingga tujuan
cukai rokok tercapai.
Beberapa
contoh barang di Thailand yang dikenakan cukai adalah kapal (yacht) dan perahu (boat) untuk tujuan
liburan dan aktivitas hiburan dan rekreasi: Kelab malam dan diskotik, sauna dan
pijat ala Turkish, pendapatan yang berasal dari jasa sauna dan pijat, di
samping bahan bakar dan minuman ringan.
Pemerintah
Indonesia beberapa kali mengemukakan rencana ekstenfikasi cukai, untuk menambah
penerimaan pemerintah, mengacu pada banyaknya jenis produk kena cukai yang
sudah diterapkan di negara lain. Wacana cukai dikenakan untuk minuman
berkarbonasi atau soda, minuman berpemanis, dan yang terakhir wacana untuk
dikenakan kepada kemasan gelas dan botol plastik minuman.
Ekstensifikasi
adalah sesuatu hal yang baik, terlebih karena meningkatkan pendapatan
pemerintah secara signifikan. Penerimaan pemerintah pada akhirnya akan
dikeluarkan untuk mengingkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pemerintah
harus kembali mengingat pada tujuan awal mengenakan cukai, yaitu ada perilaku
masyarakat yang ingin diubah dengan tidak menurunkan tingkat kesejahteraannya,
atau bahkan meningkatkan kesejahteraan. Asas keadilan juga berlaku bagi
pengenaan cukai.
Thailand
mengenakan cukai pada aktivitas hiburan, karena yakin bahwa masyarakat yang
menggunakan kapal yacht dan perahu mewah tidak akan turun kesejahteraannya jika
membayar cukai. Pemerimaan cukai dapat dipergunakan untuk mensubsidi masyarakat
kurang mampu. Demikian juga dengan pengguna jasa pijat dan sauna ala Turki.
Pengenaan
cukai tentunya akan meningkatkan harga yang harus ditanggung oleh konsumen.
Sama halnya dengan pajak, cukai untuk produk apapun dan dalam bentuk apapun,
akan mengurangi pendapatan masyarakat yang dapat dibelanjakan (disposable income) atau
menurunkan daya beli masyarakat. Penurunan daya beli masyarakat, menurunkan
penjualan perusahaan, dan pada akhirnya menurunkan pendapatan pemerintah dari
pajak yang lain, seperti pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan badan.
Lebih jauh lagi, jika sampai ada perusahaan tutup akibat penjualan yang turun
tajam, akan menyebabkan persoalan tenaga kerja dan sebagainya.
Menghitung Biaya
Sebelum
menentukan produk tambahan yang kena cukai, pemerintah perlu menghitung dengan
cermat biaya dan keuntungan dari pengenaan cukai. Apabila biaya lebih besar
dikeluarkan untuk melakukan ekstensifikasi, maka sebaiknya pengenaan cukai
ditunda, sampai pemerintah benar-benar siap menghadapi segala kemungkinan
risiko yang akan terjadi.
Hal
sangat penting lainnya adalah administrasi pemungutan cukai. Pelaku usaha dan
konsumen harus benar-benar mengerti bagaimana cara pemerintah dan kapan
pemerintah memberlakukannya. Sebelum seluruh perangkat siap untuk menarik
cukai, pemerintah tidak dapat mengeluarkan aturan. Hal ini akan menimbulkan
kekacauan di masyarakat. Misalnya jika cukai dipungut dengan mekanisme sama
seperti rokok, yaitu membeli pita cukai, pelaku usaha akan bingung ke mana
harus membeli, bagaimana menempelkan pita cukai pada produknya dan sebagainya.
Diperlukan waktu yang cukup untuk melakukan sosialisasi terhadap instrumen
pemungutan cukai itu sendiri.
Ekstensifikasi
dengan mencukai mobil pribadi seperti di Thailand lebih realistis jika
diterapkan di Indonesia saat ini. Semakin tinggi cc mobil, semakin mahal tarif
cukainya. Pemungutannya bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan jasa marga
sebagai pengelola jalan tol, dengan memberikan tiket/karcis tambahan tanda
pengemudi membayar cukai. Perhitungan tarif cukai per kilometer atau jenis cc
mobil juga lebih mudah untuk dilakukan.
Tentunya
ada biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dalam menarik cukai, seperti
insentif bagi petugas pintu tol atau memasang detektor jenis mobil yang
dikenakan cukai. Pengenaan cukai untuk mobil pribadi memberikan disinsentif
bagi penggunanya sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, dan
mengurangi kemacetan. Hasil penerimaan cukai dapat digunakan untuk membangun
infrastruktur kendaraan umum.
Tas
dan barang dari kulit bermerek yang hanya dibeli oleh masyarakat tingkat
pendapatan sangat atas, juga dapat menjadi objek ekstenfikasi cukai. Perilaku
pembeli tas seperti itu sangat kaya, sehingga pengenaan cukai tidak akan
mengurangi kecenderungannya untuk terus membeli. Pemerintah akan terus
memperoleh penerimaan cukai. Perilaku untuk hidup lebih sederhana dan
menggunakan produk dalam negeri menjadi tujuan pengenaan cukai kepada tas
bermerek terkenal, baik yang dibeli di dalam negeri atau di luar negeri.
Hasil
penerimaan cukai dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas UKM menghasilkan
produk dari kulit dengan kualitas yang sama dengan tas bermerek, serta
menciptakan merek sendiri yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
oleh Eugenia
Mardanugraha
disadur
dari Bisnis, Kamis, 23 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar