Koreksi ke bawah target pertumbuhan
ekonomi 2016 tidak terlalu mengejutkan. Pertumbuhan triwulan I dan situasi
global jadi pertimbangan.
Pemerintah menurunkan prediksi
pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 5,2 persen dari target 5,3 persen. Faktor
domestik dan global mendorong revisi tersebut.
Dampak perlambatan pertumbuhan
ekonomi berada dalam satu rangkaian. Rendahnya harga komoditas menyebabkan
ekspor melemah dengan akibat turunnya pendapatan negara melalui pajak
korporasi. Pelemahan harga komoditas berdampak lebih jauh ke sektor riil
pendukung pertambangan dan perkebunan.
Perlambatan sektor riil itu mulai
terasa pada sektor keuangan. Penyaluran kredit melambat dan tunggakan
pembayaran kredit naik meski masih dalam batas aman.
Pemerintah telah berusaha
mengantisipasi perlambatan dengan mengeluarkan 12 paket kebijakan ekonomi.
Pemerintah juga mendorong program pengampunan pajak selain menambah utang untuk
menutup defisit.
Sejauh ini, hasil dari paket ekonomi
belum terasa. Kita mendengar dari kalangan pelaku usaha dan akademisi bahwa
realisasi paket terhambat banyak hal, mulai dari lambannya kerja birokrasi,
terjadinya praktik korupsi dan kolusi, koherensi antara paket dan sasaran,
hingga koordinasi antarinstansi dan pusat-daerah.
Sejumlah pihak menyebut situasi
ekonomi global saat ini tidak biasa. Perekonomian dunia yang seharusnya
diuntungkan rendahnya harga minyak bumi tidak tumbuh cepat ketika harga minyak
jatuh dalam sejak tahun lalu.
Meskipun situasi saat ini jauh lebih
kompleks, tidak ada salahnya kita belajar dari pengalaman sendiri. Saat
konsumsi masyarakat dan investasi langsung belum dapat menjadi penggerak
ekonomi, belanja pemerintah menjadi andalan asalkan dialokasikan dengan tepat
sasaran.
Pada masa lalu, dengan anggaran yang
lebih terbatas, pemerintah mengadakan program padat karya, seperti membuat
jalan dan jaringan irigasi perdesaan. Saat ini, hal itu dapat dilakukan sejalan
dengan fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur. Koordinasi pusat-daerah
menjadi sangat penting agar dana desa menjadi produktif dan menciptakan daya
beli masyarakat.
Konsumsi dalam negeri diciptakan
pula dengan mewajibkan instansi pemerintah memakai produksi dalam negeri.
Masyarakat juga didorong melalui contoh nyata.
Saat ini, Indonesia memiliki modal
penting, yaitu jumlah penduduk muda yang terus bertambah sebagai tenaga kerja
dan konsumen sekaligus. Mereka akan berperan besar hanya bila terdidik dan
mendapat pekerjaan berkualitas.
Jika pemerintah bisa memadukan
pembangunan paling dasar tersebut ke dalam setiap program nasional, ada harapan
lapangan pekerjaan tercipta, daya beli masyarakat menguat, dan pada gilirannya
mendorong pertumbuhan.
disadur dari Kompas, Jum’at, 10 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar