Pemalsuan
vaksin imunisasi dasar untuk anak sangat memprihatinkan karena dapat
membahayakan nyawa dan berdampak pada masa depan bayi dan anak.
Awal
pekan ini, Badan Reserse Kriminal Polri mengungkap pemalsuan vaksin untuk
imunisasi dasar pada bayi dan anak balita. Vaksin yang dipalsukan untuk
mencegah campak, BCG, tetanus, dan hepatitis. Pemalsuan dilakukan sejak 2003
dengan motif keuntungan.
Pemerintah
menetapkan lima jenis imunisasi dasar: campak, hepatitis B, BCG untuk mencegah
tuberkulosis, polio, dan DPT (difteri, pertusis, tetanus).
Tindak
kejahatan pemalsuan vaksin tidak dapat ditolerir. Meskipun pemerintah
mengatakan belum ada laporan kejadian akibat vaksin palsu, bukan berarti tidak
terjadi risiko kesehatan.
Vaksin
palsu dapat membahayakan nyawa penerima. Risiko timbul dari proses pembuatan
yang tidak mengikuti standar pembuatan yang baik dan benar sehingga
meningkatkan risiko infeksi. Vaksin palsu yang dibuat dari campuran antibiotik
dan cairan infus juga dapat berakibat fatal pada penerima yang alergi pada
antibiotik tersebut.
Pemalsuan
vaksin berdampak luas karena dapat menimbulkan perlindungan palsu, penerima
seolah-olah sudah terlindungi. Kita masih ingat ada kelompok masyarakat yang
menolak pemberian vaksin untuk anak-anak mereka. Pemalsuan vaksin bukan tidak
mungkin kembali membangkitkan penolakan tersebut.
Program
vaksinasi telah membuat Indonesia bebas dari risiko kematian akibat cacar sejak
tahun 1972. Organisasi Kesehatan Dunia juga menyatakan Indonesia bebas dari
polio sejak tahun 2014.
Kualitas
pembangunan ditentukan oleh kualitas manusia, dan itu berawal dari kondisi
kesehatannya. Melalui vaksinasi, kematian dan kecacatan bayi dan anak dari
penyakit oleh kuman tertentu dapat dicegah. Dalam jangka panjang, vaksinasi
ikut memastikan penerima vaksin hidup produktif dan menyumbang kemakmuran
masyarakat.
Pengungkapan
pemalsuan ini memunculkan pertanyaan tentang efektivitas pengawasan pemerintah
terhadap produksi dan peredaran vaksin. Apalagi, pemalsuan sudah berlangsung
lama dan terjadi cukup luas.
Ke
depan, kita ingin pemerintah sungguh-sungguh bertanggung jawab menjamin akses
pada pelayanan kesehatan dasar serta akses pada obat-obatan dan vaksin dasar
yang aman, efektif, dan berkualitas bagi semua orang.
Melihat
begitu pentingnya program vaksinasi ini, ke depan harus ada sanksi bila
pengawasan gagal dilakukan. Kita tidak dapat mempertaruhkan masa depan
anak-anak kita pada pengawasan yang longgar.
disadur
Kompas, Sabtu, 25 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar