Editors Picks

Jumat, 27 Mei 2016

Leadership Minus Followership?



Ahli kejiwaan Stanley Milgram pernah melakukan eksperimen yang kontroversial soal kepatuhan pengikut dalam menjalankan perintah. Percobaan ini dilakukan pada dekade 1960-an guna menjawab pertanyaan mengapa ada orang yang taat diperintah untuk menyiksa orang lain seperti dilakukan Nazi terhadap orang-orang Yahudi di Eropa.

Riset ini cukup kontroversial karena menggunakan metode yang dianggap tidak lazim. Eksperimen ini berusaha menjelaskan bagaimana orang bisa begitu patuh terhadap perintah dari pihak yang dianggap memiliki otoritas.

Dalam kasus ini, responden (seolah-olah) menyetrum orang yang salah dalam menjawab pertanyaan, dengan intensitas sengatan yang terus meningkat sampai dapat menimbulkan celaka. Dari ribuan partisipan, sangat sedikit yang menolak menjalankan perintah sampai sengatan terakhir.

Laporan Milgram mengenai psikologi kepatuhan mengungkapkan bahwa sebagian besar orang cenderung mengikuti apa pun yang diperintahkan otoritas, bahkan ketika hal yang diperintahkan itu menyakiti orang lain.

Nah, eksperimen Milgram ini menjadi semakin menarik jika dikaitkan dengan hubungan antara pemimpin (leader) dan pengikut (followers). Bagi saya, eksperimen Milgram ini menunjukkan betapa banyak pengikut yang patuh begitu saja, tanpa daya kritis, tanpa reserve, padahal sebenarnya menolak atau menentang pun bisa.

Kalau kita lihat lebih jauh, hubungan antara pemimpin dan pengikut selama ini lebih banyak dilihat dari sisi kepemimpinan alias leadership, bukan dari sisi kepengikutan alias followership. Entah tepat atau tidak menggunakan istilah kepengikutan sebagai terjemahan dari followership, tetapi saya kira itu adalah istilah yang paling mewakili.

Kepemimpinan mendapat perhatian besar dalam kajian manajemen dan organisasi. Banyak sekali teori yang dikembangkan seputar ini. Berbagai macam pelatihan digelar untuk meningkatkan leadership bagi siapa saja yang diharapkan menjadi pemimpin bagi organisasi, perusahaan, maupun lembaga publik. Leader dipandang sebagai sosok yang menentukan nasib organisasi dan otomatis nasib banyak orang.

Sebaliknya, kepengikutan jarang dibahas. Kalaupun dibahas, sering hanya merupakan bagian atau chapter dari bahasan mengenai kepemimpinan.

Saya pertama kali mendengar soal followership dari Handry Stariago, Chief Executive Officer GE Indonesia. Melalui Youtube saya menonton penjelasannya soal kepengikutan ini ketika dia membahas topik Succession Planning.

Handry memang memberikan banyak perhatian soal kepengikutan. Disertasi doktornya di bidang manajemen strategis di Universitas Indonesia membahas soal ini melalui The Influence of Followers to Leader’s Performance: A Reverse Pygmalion Effect. Buku kumpulan twitnya yang berjudul #Sharing juga menyinggung soal kepengikutan.

oleh: Setyardi Wibowo 
disadur dari Bisnis, Jum'at, 27 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar