Editors Picks

Rabu, 22 Juni 2016

Brexit



Brexit. Istilah yang merupakan kependekan dari British Exit ini tengah menjadi pergunjingan hangat di kalangan investor, pengamat, maupun para pembuat kebijakan di pemerintahan. Maklum, referendum yang akan memutuskan apakah Inggris akan tetap menjadi anggota Uni Eropa atau keluar itu telah memunculkan ketidakpastian baru. Akibatnya, nilai tukar rupiah maupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sama-sama berfluktuasi dalam beberapa pekan terakhir; dengan kecenderungan melemah.

Fluktuasi itu masih akan terjadi hingga tiba saatnya pelaksanaan referendum pada tanggal 23 Juni besok. Apa yang terjadi setelah hari itu? Tak ada yang berani memastikan. Sebab, skenario yang terjadi sangat bergantung pada hasil referendum. Tentu, jika akhirnya pendukung “stay” yang menang, semuanya akan kembali normal. Tapi, bagaimana jika yang menang adalah pendukung “exit”?

Banyak pengamat dan institusi terkemuka global meramal, dampak buruk Brexit terutama akan terasa di kawasan Uni Eropa, selain di Inggris sendiri. Hal ini pula yang membuat para pejabat bank sentral kita (Bank Indonesia) tak terlalu mencemaskan efek buruk Brexit bagi Indonesia.

Namun demikian, kita tetap harus waspada. Pasalnya, walaupun ekonomi Indonesia tak terlalu banyak terkoneksi langsung dengan Uni Eropa, dampak buruk Brexit bisa menular lewat berbagai jalur. Yang pasti, dan sudah mulai terasa, dampak buruk itu bisa menular lewat pasar finansial. Dan, kita banyak belajar dari peristiwa krisis global sebelumnya bahwa penularan lewat pasar finansial berlangsung lebih cepat. Sangat mungkin, skenario Brexit akan membuat para investor global kembali melepas aset berisiko dan menubruk aset-aset safe haven berbasis dollar Amerika Serikat (AS) atau yen Jepang. Jika ini yang terjadi, bursa saham kita akan terkoreksi dan selanjutnya memicu pelemahan rupiah.

Kita telah mafhum, pada gilirannya, guncangan di pasar finansial dan rupiah akan mempengaruhi aktivitas perekonomian sehari-hari di dalam negeri. Jelas, bisnis para pelaku usaha akan terganggu. Asumsi-asumsi anggaran pemerintah juga akan meleset. Alhasil, risiko fiskal yang dihadapi pemerintah pun bakal semakin tinggi. Di saat yang sama, perlambatan ekonomi di benua Eropa akibat Brexit juga pasti akan mengganggu perputaran roda ekonomi di Indonesia. Nah, apakah kita sudah siap?

oleh Cipta Wahyana 
disadur dari Kontan, Rabu, 22 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar