Brexit.
Istilah yang merupakan kependekan dari British
Exit ini tengah menjadi pergunjingan hangat di kalangan investor, pengamat,
maupun para pembuat kebijakan di pemerintahan. Maklum, referendum yang akan
memutuskan apakah Inggris akan tetap menjadi anggota Uni Eropa atau keluar itu
telah memunculkan ketidakpastian baru. Akibatnya, nilai tukar rupiah maupun
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sama-sama berfluktuasi dalam beberapa pekan
terakhir; dengan kecenderungan melemah.
Fluktuasi
itu masih akan terjadi hingga tiba saatnya pelaksanaan referendum pada tanggal
23 Juni besok. Apa yang terjadi setelah hari itu? Tak ada yang berani
memastikan. Sebab, skenario yang terjadi sangat bergantung pada hasil referendum.
Tentu, jika akhirnya pendukung “stay”
yang menang, semuanya akan kembali normal. Tapi, bagaimana jika yang menang
adalah pendukung “exit”?
Banyak
pengamat dan institusi terkemuka global meramal, dampak buruk Brexit terutama
akan terasa di kawasan Uni Eropa, selain di Inggris sendiri. Hal ini pula yang
membuat para pejabat bank sentral kita (Bank Indonesia) tak terlalu mencemaskan
efek buruk Brexit bagi Indonesia.
Namun
demikian, kita tetap harus waspada. Pasalnya, walaupun ekonomi Indonesia tak
terlalu banyak terkoneksi langsung dengan Uni Eropa, dampak buruk Brexit bisa
menular lewat berbagai jalur. Yang pasti, dan sudah mulai terasa, dampak buruk
itu bisa menular lewat pasar finansial. Dan, kita banyak belajar dari peristiwa
krisis global sebelumnya bahwa penularan lewat pasar finansial berlangsung
lebih cepat. Sangat mungkin, skenario Brexit akan membuat para investor global
kembali melepas aset berisiko dan menubruk aset-aset safe haven berbasis dollar
Amerika Serikat (AS) atau yen Jepang. Jika ini yang terjadi, bursa saham kita
akan terkoreksi dan selanjutnya memicu pelemahan rupiah.
Kita
telah mafhum, pada gilirannya, guncangan di pasar finansial dan rupiah akan
mempengaruhi aktivitas perekonomian sehari-hari di dalam negeri. Jelas, bisnis
para pelaku usaha akan terganggu. Asumsi-asumsi anggaran pemerintah juga akan
meleset. Alhasil, risiko fiskal yang dihadapi pemerintah pun bakal semakin
tinggi. Di saat yang sama, perlambatan ekonomi di benua Eropa akibat Brexit
juga pasti akan mengganggu perputaran roda ekonomi di Indonesia. Nah, apakah
kita sudah siap?
oleh
Cipta Wahyana
disadur dari Kontan, Rabu, 22 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar