Pemerintah
optimistis keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) tidak akan banyak berdampak
pada Indonesia. Pada hari ini, mayoritas warga dari negara Inggris akan
mengikuti referendum, untuk memutuskan apakah negeri itu akan bertahan atau
keluar dari UE. Keluarnya Inggris dari UE, yang populer disebut “Brexit,”
diramalkan banyak ekonom akan menambah kondisi ekonomi global semakin tidak
karuan.
Ekonom
Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih memperkirakan akan terjadi gejolak
nilai tukar di pasar finansial global jika Inggris memutuskan untuk
keluar dari UE. Menurut Lana, gejolak tersebut akan terjadi yang ditandai
dengan penguatan mata uang dollar AS terhadap Poundsterling. Penguatan dollar
AS juga akan terjadi terhadap mayoritas mata uang di dunia, termasuk rupiah.
Lana
memperkirakan, dollar AS akan menguat paling tidak 10%. "Penurunan akan
dalam, karena selama ini poundsterling memang lebih tinggi dibanding dollar
AS," kata Lana, Rabu (22/6).
Penguatan
The Greenback itu juga akan menekan
harga minyak dunia, dan harga komoditas secara keseluruhan. Padahal, saat ini
harga minyak dan komoditas tengah dalam jalan menanjak. Bagi Indonesia, kondisi
ini berarti akan menekan prospek ekspor minyak dan gas bumi serta komoditas
lain.
Namun,
satu hal yang diyakini ekonom adalah jika Inggris benar-benar keluar dari UE,
maka kondisi ekonomi negeri itu akan jatuh. Dan kerjasama perdagangan semua
negara yang melibatkan Inggris harus ditinjau ulang.
Selama
ini, setiap perjanjian kerjasama perdagangan yang dibuat dengan negara-negara
UE tidak dilakukan secara bilateral, namun melalui UE. Jika Inggris keluar dari
UE, berarti semua perjanjian yang melibatkan Inggris bisa dikatakan tidak
berlaku.
Deputi
Menko Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady menuturkan dampak Brexit terhadap perdagangan Indonesia tidak
telalu besar. Ia beralasan, volume perdagangan antara Indonesia dan Inggris
masih lebih kecil dibandingkan antara Indonesia dengan negara-negara UE lain.
Mengutip
catatan di Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan antara Indonesia-Inggris
sampai Mei 2016 masih terjadi surplus sebesar US$ 159,74 juta. Sementara nilai
ekspor Indonesia ke Inggris tercatat US$ 364,63 juta dan nilai impor Indonesia
dari Inggris US$ 204,89 juta.
Sementara
nilai investasi Inggris sepanjang triwulan pertama 2016 di Indonesia mencapai
US$ 54,87 juta. Jumlah investasi itu mampu menyerap tenaga kerja hingga 6.927
tenaga kerja.
disadur
dari Kontan, Kamis, 23 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar