Editors Picks

Kamis, 23 Juni 2016

Tak berefek signifikan bagi pasar



Penduduk Inggris memutuskan Brexit atau tidak, tidak terlalu memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi market di dalam negeri. Hubungan langsung antara Indonesia dan Inggris terbilang terbatas.

Kondisi tersebut bisa dilihat dari sisi investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI), trading, portofolio investasi dan sebagainya. Semua indikator hubungan dua negara itu serba terbatas.

Jadi, jika referendum Brexit ternyata mengesahkan Inggris keluar dari Uni Eropa, pasar di dalam negeri justru hanya akan merasakan dampak tidak langsung. Apabila Inggris benar-benar keluar, dollar Amerika Serikat (AS) akan menguat terhadap mata uang global.

Ketika dollar AS menguat, otomatis nilai tukar rupiah menjadi terdepresiasi. Dengan demikian, appetite masuk ke dalam aset yang lebih berisiko juga akan berkurang, termasuk di pasar saham domestik.

Dalam kondisi seperti ini, khususnya depresiasi rupiah, sudah bisa dilihat efeknya dari gejolak ekonomi sebelumnya ketika rupiah melemah. Nah, efek inilah yang akan dirasakan oleh pasar dalam negeri.

Skenario berikutnya adalah, apabila ternyata Brexit tidak terjadi. Artinya, Inggris tetap akan menjadi anggota Uni Eropa. Prospeknya sama seperti skenario yang pertama.

Hal tersebut tidak membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) reli secara signifikan. Ini lantaran mempertimbangkan outlook fundamental perekonomian global yang juga sudah melemah.

Namun kondisi ini juga tidak serta merta membuat kita harus meninggalkan market juga, tapi sebaiknya lebih waspada. Jadi, saya menyarankan kepada para pelaku pasar,tidak terlalu merisaukan isu Brexit secara berlebihan.

Kondisi pasar di jangka pendek, khususnya selama Juni tahun ini, relatif positif. Tapi hingga akhir tahun nanti, investor sebaiknya menggunakan pendekatan yang lebih konservatif dalam melihat market.

oleh Taye Shim
disadur dari Kontan, Kamis, 23 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar