Editors Picks

Sabtu, 11 Juni 2016

Efek harga minyak minim




Sejak turun drastis pada awal tahun ini, harga minyak dunia mulai merangkak naik. Bahkan, kemarin harga minyak WTI sempat menyentuh level US$ 51,5 per barel.

Kenaikan harga minyak dunia ini tentu saja akan berdampak pada anggaran negara. Baik di sisi penerimaan dan belanja. Kenaikan harga minyak dunia tentu bakal berdampak positif bagi penerimaan negara.

Sebab, penerimaan dari sektor migas akan terkerek. Di sisi lain, beban belanja subsidi juga bakal naik, meski tidak signifikan. Sebab saat ini porsi subsidi energi sudah jauh lebih kecil dibanding sebelumnya.

Menurut saya [Enny Sri Hartati ] kenaikan harga minyak dunia kali ini tak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi dalam negeri. Sebab, harga minyak dunia belum akan naik signifikan lantaran permintaan minyak global belum pulih seiring pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat. Sehingga, sampai akhir tahun ini harga minyak tidak akan melambung cukup tinggi.

Kalaupun ada kenaikan harga minyak dunia, saya [Enny Sri Hartati ] yakin pemerintah tak akan terburu-buru melakukan penyesuaian. Apalagi, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2016 pemerintah justru merevisi turun asumsi harga minyak dunia dari yang semula US$ 50 per barel menjadi US$ 35 per barel.

Berkaca dari hal itu, kenaikan harga minyak dunia ini juga tidak akan berdampak besar pada ekonomi domestik. Daya beli masyarakat juga tidak banyak terganggu akibat kenaikan harga minyak dunia.

Menurut saya [Enny Sri Hartati], lesunya daya beli masyarakat justru karena anomali harga pangan akibat buruknya tata niaga pangan. Di sisi lain, investasi di sektor industri juga lesu. Imbasnya beban masyarakat makin bertambah di saat sumber pendapatan turun.

Dalam waktu singkat ini pemerintah harus segera menggairahkan dunia usaha dan menciptakan lapangan kerja agar terjadi stabilitas ekonomi.

oleh Enny Sri Hartati
disadur dari Kontan, Sabtu, 11 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar