The
Story of an extraordinary season. Mungkin
itulah kata yang paling tepat untuk melukiskan musim 2015/2016 dari Liga
Premier Inggris yang paling bergelimang dengan uang di dunia. Bagaimana tidak,
tim yang keluar sebagai jawara ternyata adalah Leicester City, tim kecil yang
pada musim sebelumnya hampir-hampir mengalami degradasi.
Di
awal musim 2015/2016, bursa taruhan sepakat menempatkan Leicester sebagai calon
kuat terdegradasi dari Liga Premier Inggris. Kans si Rubah, julukan tim
Leicester City, menjadi juara liga Inggris adalah 5.000:1. Jauh lebih kecil
ketimbang kans presenter Simon Cowell menjadi Perdana Menteri Inggris yang bursa
taruhannya ada di 500:1. Dengan kata lain, bursa taruhan menilai, mustahil tim
kecil dari Leicester, yang penduduknya hanya berjumlah 383.000, mampu menjadi
juara Liga Inggris.
Sebagai
perbandingan, anggaran gaji tim ini hanya 25% dari rata-rata anggaran gaji
Chelsea, Manchester City, Manchester United, dan Arsenal. Hanya empat klub
besar di atas yang pernah menjadi jawara di era liga Inggris modern pada 20
tahun terakhir. Nilai total seluruh pemain Leicester tercatat hanya sekitar 10%
dari rata-rata nilai pemain ke empat tim raksasa di atas. Kondisi ini praktis
bertolak belakang dengan liga sepakbola di negara Eropa lain, semisal Spanyol,
Italia, atau Jerman. Di negara-negara tersebut, hanya tim mapan yang
bergelimang uang dan fasilitas yang bisa jadi juara.
Benang
merah keberhasilan Leicester membuat keajaiban dalam dunia olahraga
sesungguhnya dapat diambil hikmahnya dalam dunia bisnis. Di negara manapun di
dunia, perusahaan besar memiliki kemungkinan lebih tinggi dibandingkan
perusahaan kecil untuk menghasilkan keuntungan atau meraih keberhasilan dalam
persaingan.
Apa
saja penyebab Leicester City berhasil? Bagaimana menerapkan tips tersebut dalam
dunia bisnis sehingga dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan kecil bersaing
dan berhasil dalam persaingan bisnis yang umumnya dikuasai perusahaan besar
yang sudah mapan?
Pertama,
Leicester City adalah tim kecil yang tidak diperhitungkan oleh lawan karena
diperkirakan akan terdegradasi di akhir musim. Bagi perusahaan kecil, adalah
suatu keuntungan dari sisi psikologis karena perusahaan pesaing tidak terfokus
pada pergerakan perusahaan yang masih kecil. Dengan demikian, perusahaan kecil
dapat lebih fleksibel berkreasi, mencoba ide baru dengan sumber daya yang
terbatas, tanpa menjadi perhatian pesaing. Hal ini seharusnya memotivasi
perusahaan kecil untuk tidak minder bersaing dengan perusahaan besar.
Membangun kolektivitas tim
Kedua, Leicester City baru saja mengganti
nakhoda kepemimpinan dari Nigel Pearson ke Claudio Ranieri. Penggantian pucuk
kepemimpinan ini ternyata menghasilkan kinerja tim yang lebih baik. Dalam dunia
bisnis, penggantian kepemimpinan sering kali menjadi penentu keberhasilan atau
kegagalan suatu perusahaan. Pemimpin yang baik akan membuat keputusan yang
dapat menentukan arah untuk mencapai tujuan.
Ketiga, tim manajemen Leicester City mampu
menganalisa kekurangan tim sehingga dapat memberikan input yang penting bagi
bagian rekrutmen untuk membeli pemain yang mendongkrak kinerja tim. Pemimpin
yang unggul akan mampu mengetahui kekurangan dan kelebihan setiap bagian
perusahaan, selanjutnya memperbaiki di bagian-bagian tersebut. Jika diperlukan
pergantian atau penambahan personel, dilakukan rekrutmen yang tepat sasaran.
Keempat, penerapan strategi yang tepat.
Leicester sebagai tim kecil tak mungkin memilih strategi penguasaan bola
seperti Manchester City atau Arsenal. Karenanya, tepat Leicester mengambil
strategi memperkuat pertahanan, mengeliminasi setiap serangan lawan dari lapangan
tengah dan melakukan serangan balik kilat ke jantung pertahanan lawan.
Sektor
pertahanan dalam perusahaan bagaikan pengelolaan pada bagian keuangan
perusahaan. Bagian keuangan mesti teliti dan hati-hati dalam membelanjakan dana
karena anggaran perusahaan kecil tentu terbatas. Semua bagian satu suara untuk
menjalankan penghematan sehingga pengeluaran terkendali.
Penguasaan
di lapangan tengah perusahaan ibarat bagian operasional yang menghasilkan
produk. Sangat mungkin market share
produk yang dikeluarkan perusahaan masih minim. Oleh karenanya, perusahaan
kecil sebaiknya tidak bertarung langsung dengan mengeluarkan produk sama persis
dengan perusahaan besar. Perusahaan kecil dapat memilih strategi diferensiasi,
yakni produk yang tidak sama dengan pesaing. Ini menuntut kreativitas lebih.
Serangan
balik yang cepat berbicara tentang kecepatan bagian pemasaran perusahaan dalam
mengonversi peluang menjadi penjualan. Tentu saja dibutuhkan bagian pemasaran
yang tanggap dan cerdik sehingga peluang tersebut dapat direalisasikan menjadi
penjualan yang akhirnya mendatangkan keuntungan. Dengan berkembangnya teknologi
di media sosial, ide-ide penjualan dapat lebih mudah dilakukan perusahaan kecil
ketimbang perusahaan besar yang prosedur dan pengambilan keputusannya lebih berjenjang.
Kelima, Leicester mengandalkan kolektivitas
dan kerja sama tim ketimbang kemampuan individu. Sangat sulit menentukan apakah
pelatih, kiper, bek, gelandang ataukah penyerang yang paling berperan
menjadikan tim ini juara. Sebab, semuanya merupakan satu kesatuan yang
integral.
Karena
itu, kolektivitas tim adalah faktor yang wajib dimiliki perusahaan kecil jika
ingin melejit menjadi pemenang dalam persaingan. Perusahaan kecil dengan jumlah
personel sedikit justru mempunyai keuntungan untuk mengembangkan kolektivitas
tim yang solid. Pendekatan personal akan lebih mudah dilakukan dalam kelompok
kecil ketimbang kelompok dengan jumlah lebih banyak.
Terakhir,
kelima, fokus
memikirkan hanya satu pertandingan setiap saat. Jika manajer lain sering
mengumbar optimisme setelah mendapatkan kemenangan, Ranieri justru tetap rendah
hati dengan menyebutkan hanya memikirkan pertandingan selanjutnya dan mengelak
ketika ditanya tentang target juara. Jadi, fokus berbicara tentang
memprioritaskan hal yang paling penting.
Meskipun
merumuskan visi dan misi penting, untuk perusahaan kecil jauh lebih penting
pelaksanaan di lapangan. Tak usah terlalu muluk membuat target jangka panjang
yang tidak realistis.
Lebih
penting menetapkan tujuan kecil yang dapat dicapai dan kemudian berpindah ke
tujuan berikutnya setahap demi setahap. Keajaiban besar akan muncul dari
keberhasilan kecil yang dilakukan dengan tekun, konsisten dan diakumulasi dalam
setiap tahap proses perjalanan perusahaan menuju keberhasilan.
oleh Hoki
Cahyadi Nugroho
disadur
dari Kontan, Rabu, 15 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar