Editors Picks

Rabu, 15 Juni 2016

Inspirasi bisnis dari Si Rubah



The Story of an extraordinary season. Mungkin itulah kata yang paling tepat untuk melukiskan musim 2015/2016 dari Liga Premier Inggris yang paling bergelimang dengan uang di dunia. Bagaimana tidak, tim yang keluar sebagai jawara ternyata adalah Leicester City, tim kecil yang pada musim sebelumnya hampir-hampir mengalami degradasi.

Di awal musim 2015/2016, bursa taruhan sepakat menempatkan Leicester sebagai calon kuat terdegradasi dari Liga Premier Inggris. Kans si Rubah, julukan tim Leicester City, menjadi juara liga Inggris adalah 5.000:1. Jauh lebih kecil ketimbang kans presenter Simon Cowell menjadi Perdana Menteri Inggris yang bursa taruhannya ada di 500:1. Dengan kata lain, bursa taruhan menilai, mustahil tim kecil dari Leicester, yang penduduknya hanya berjumlah 383.000, mampu menjadi juara Liga Inggris.

Sebagai perbandingan, anggaran gaji tim ini hanya 25% dari rata-rata anggaran gaji Chelsea, Manchester City, Manchester United, dan Arsenal. Hanya empat klub besar di atas yang pernah menjadi jawara di era liga Inggris modern pada 20 tahun terakhir. Nilai total seluruh pemain Leicester tercatat hanya sekitar 10% dari rata-rata nilai pemain ke empat tim raksasa di atas. Kondisi ini praktis bertolak belakang dengan liga sepakbola di negara Eropa lain, semisal Spanyol, Italia, atau Jerman. Di negara-negara tersebut, hanya tim mapan yang bergelimang uang dan fasilitas yang bisa jadi juara.

Benang merah keberhasilan Leicester membuat keajaiban dalam dunia olahraga sesungguhnya dapat diambil hikmahnya dalam dunia bisnis. Di negara manapun di dunia, perusahaan besar memiliki kemungkinan lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil untuk menghasilkan keuntungan atau meraih keberhasilan dalam persaingan.

Apa saja penyebab Leicester City berhasil? Bagaimana menerapkan tips tersebut dalam dunia bisnis sehingga dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan kecil bersaing dan berhasil dalam persaingan bisnis yang umumnya dikuasai perusahaan besar yang sudah mapan?

Pertama, Leicester City adalah tim kecil yang tidak diperhitungkan oleh lawan karena diperkirakan akan terdegradasi di akhir musim. Bagi perusahaan kecil, adalah suatu keuntungan dari sisi psikologis karena perusahaan pesaing tidak terfokus pada pergerakan perusahaan yang masih kecil. Dengan demikian, perusahaan kecil dapat lebih fleksibel berkreasi, mencoba ide baru dengan sumber daya yang terbatas, tanpa menjadi perhatian pesaing. Hal ini seharusnya memotivasi perusahaan kecil untuk tidak minder bersaing dengan perusahaan besar.

Membangun kolektivitas tim
Kedua, Leicester City baru saja mengganti nakhoda kepemimpinan dari Nigel Pearson ke Claudio Ranieri. Penggantian pucuk kepemimpinan ini ternyata menghasilkan kinerja tim yang lebih baik. Dalam dunia bisnis, penggantian kepemimpinan sering kali menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Pemimpin yang baik akan membuat keputusan yang dapat menentukan arah untuk mencapai tujuan.


Ketiga, tim manajemen Leicester City mampu menganalisa kekurangan tim sehingga dapat memberikan input yang penting bagi bagian rekrutmen untuk membeli pemain yang mendongkrak kinerja tim. Pemimpin yang unggul akan mampu mengetahui kekurangan dan kelebihan setiap bagian perusahaan, selanjutnya memperbaiki di bagian-bagian tersebut. Jika diperlukan pergantian atau penambahan personel, dilakukan rekrutmen yang tepat sasaran.

Keempat, penerapan strategi yang tepat. Leicester sebagai tim kecil tak mungkin memilih strategi penguasaan bola seperti Manchester City atau Arsenal. Karenanya, tepat Leicester mengambil strategi memperkuat pertahanan, mengeliminasi setiap serangan lawan dari lapangan tengah dan melakukan serangan balik kilat ke jantung pertahanan lawan.

Sektor pertahanan dalam perusahaan bagaikan pengelolaan pada bagian keuangan perusahaan. Bagian keuangan mesti teliti dan hati-hati dalam membelanjakan dana karena anggaran perusahaan kecil tentu terbatas. Semua bagian satu suara untuk menjalankan penghematan sehingga pengeluaran terkendali.

Penguasaan di lapangan tengah perusahaan ibarat bagian operasional yang menghasilkan produk. Sangat mungkin market share produk yang dikeluarkan perusahaan masih minim. Oleh karenanya, perusahaan kecil sebaiknya tidak bertarung langsung dengan mengeluarkan produk sama persis dengan perusahaan besar. Perusahaan kecil dapat memilih strategi diferensiasi, yakni produk yang tidak sama dengan pesaing. Ini menuntut kreativitas lebih.

Serangan balik yang cepat berbicara tentang kecepatan bagian pemasaran perusahaan dalam mengonversi peluang menjadi penjualan. Tentu saja dibutuhkan bagian pemasaran yang tanggap dan cerdik sehingga peluang tersebut dapat direalisasikan menjadi penjualan yang akhirnya mendatangkan keuntungan. Dengan berkembangnya teknologi di media sosial, ide-ide penjualan dapat lebih mudah dilakukan perusahaan kecil ketimbang perusahaan besar yang prosedur dan pengambilan keputusannya lebih berjenjang.

Kelima, Leicester mengandalkan kolektivitas dan kerja sama tim ketimbang kemampuan individu. Sangat sulit menentukan apakah pelatih, kiper, bek, gelandang ataukah penyerang yang paling berperan menjadikan tim ini juara. Sebab, semuanya merupakan satu kesatuan yang integral.

Karena itu, kolektivitas tim adalah faktor yang wajib dimiliki perusahaan kecil jika ingin melejit menjadi pemenang dalam persaingan. Perusahaan kecil dengan jumlah personel sedikit justru mempunyai keuntungan untuk mengembangkan kolektivitas tim yang solid. Pendekatan personal akan lebih mudah dilakukan dalam kelompok kecil ketimbang kelompok dengan jumlah lebih banyak.

Terakhir,  kelima, fokus memikirkan hanya satu pertandingan setiap saat. Jika manajer lain sering mengumbar optimisme setelah mendapatkan kemenangan, Ranieri justru tetap rendah hati dengan menyebutkan hanya memikirkan pertandingan selanjutnya dan mengelak ketika ditanya tentang target juara. Jadi, fokus berbicara tentang memprioritaskan hal yang paling penting.

Meskipun merumuskan visi dan misi penting, untuk perusahaan kecil jauh lebih penting pelaksanaan di lapangan. Tak usah terlalu muluk membuat target jangka panjang yang tidak realistis.

Lebih penting menetapkan tujuan kecil yang dapat dicapai dan kemudian berpindah ke tujuan berikutnya setahap demi setahap. Keajaiban besar akan muncul dari keberhasilan kecil yang dilakukan dengan tekun, konsisten dan diakumulasi dalam setiap tahap proses perjalanan perusahaan menuju keberhasilan.

oleh Hoki Cahyadi Nugroho
disadur dari Kontan, Rabu, 15 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar