Editors Picks

Rabu, 15 Juni 2016

Pengeluaran per Kapita Masyarakat Indonesia Hanya Rp 27.808 per Hari



Standar hidup layak menjadi salah satu dimensi yang dilihat dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), di samping pengetahuan, serta dimensi umur panjang dan hidup sehat. Dimensi standar hidup layak direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan (harga konstan 2012).

Pada 2015, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat Indonesia mencapai Rp 10,15 juta per tahun. "Selama lima tahun terakhir, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat meningkat sebesar 1,51 persen per tahun," ucap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam paparan, di Jakarta, Rabu (15/6/2016).

Catatan BPS, pada 2010 pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat Indonesia sebesar Rp 9,43 juta per tahun. Angka tersebut meningkat pada 2011 menjadi sebesar Rp 9,64 juta per tahun, dan pada 2012 menjadi Rp 9,81 juta per tahun.

Pada tahun berikutnya, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat Indonesia mencapai Rp 9,85 juta per tahun, dan pada 2014 mencapai level Rp 9,9 juta per tahun.
Kendati mengalami kenaikan tiap tahun, pengeluaran per kapita per hari masih rendah, atau sekitar Rp 27.808 per hari. Pengeluaran per kapita yang hanya sebesar Rp 27.808 per hari dinilai tidak memenuhi standar hidup layak, bahkan untuk mencukupi kebutuhan hidup dasar. "Kalau per hari Rp 27.808 itu buat apa? Sekali makan di warteg saja Rp 15.000. Tiga kali makan sudah Rp 45.000," kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati kepada kompas.com, Rabu petang.

Lebih jauh Enny menuturkan, pengeluaran per kapita sebesar Rp 27.808 tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak. Kekurangan nutrisi akan berdampak terhadap daya berpikir, dan berujung pada kualitas sumber daya manusia.

Enny mengatakan, di sisi lain tentu saja tidak semua orang memiliki pengeluaran yang sama. Sebanyak 20 persen masyarakat terkaya tentu saja memiliki pengeluaran jauh di atas angka tersebut. Namun, sebanyak 40 persen masyarakat bawah mungkin saja mengalami kesulitan belanja.

Oleh karena itu, kata Enny, satu-satunya cara untuk meningkatkan IPM adalah dimulai dari meningkatkan pendapatan bagi masyarakat bawah. "Pertama yang harus dipenuhi adalah sumber pendapatan. Kenapa konsumsinya rendah? Ya karena sumber pendapatannya tidak memadai," katanya.

disadur dari Kompas, Rabu, 15 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar