Standar
hidup layak menjadi salah satu dimensi yang dilihat dalam Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), di samping pengetahuan, serta dimensi umur panjang dan hidup
sehat. Dimensi standar hidup layak direpresentasikan oleh pengeluaran per
kapita disesuaikan (harga konstan 2012).
Pada
2015, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat Indonesia mencapai Rp 10,15
juta per tahun. "Selama lima tahun terakhir, pengeluaran per kapita
disesuaikan masyarakat meningkat sebesar 1,51 persen per tahun," ucap
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin dalam paparan, di Jakarta, Rabu
(15/6/2016).
Catatan
BPS, pada 2010 pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat Indonesia sebesar
Rp 9,43 juta per tahun. Angka tersebut meningkat pada 2011 menjadi sebesar Rp
9,64 juta per tahun, dan pada 2012 menjadi Rp 9,81 juta per tahun.
Pada
tahun berikutnya, pengeluaran per kapita disesuaikan masyarakat Indonesia
mencapai Rp 9,85 juta per tahun, dan pada 2014 mencapai level Rp 9,9 juta per
tahun.
Kendati
mengalami kenaikan tiap tahun, pengeluaran per kapita per hari masih rendah,
atau sekitar Rp 27.808 per hari. Pengeluaran per kapita yang hanya sebesar Rp
27.808 per hari dinilai tidak memenuhi standar hidup layak, bahkan untuk
mencukupi kebutuhan hidup dasar. "Kalau per hari Rp 27.808 itu buat apa?
Sekali makan di warteg saja Rp 15.000. Tiga kali makan sudah Rp 45.000,"
kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance
(INDEF) Enny Sri Hartati kepada kompas.com,
Rabu petang.
Lebih
jauh Enny menuturkan, pengeluaran per kapita sebesar Rp 27.808 tersebut tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang
anak. Kekurangan nutrisi akan berdampak terhadap daya berpikir, dan berujung
pada kualitas sumber daya manusia.
Enny
mengatakan, di sisi lain tentu saja tidak semua orang memiliki pengeluaran yang
sama. Sebanyak 20 persen masyarakat terkaya tentu saja memiliki pengeluaran
jauh di atas angka tersebut. Namun, sebanyak 40 persen masyarakat bawah mungkin
saja mengalami kesulitan belanja.
Oleh
karena itu, kata Enny, satu-satunya cara untuk meningkatkan IPM adalah dimulai
dari meningkatkan pendapatan bagi masyarakat bawah. "Pertama yang harus
dipenuhi adalah sumber pendapatan. Kenapa konsumsinya rendah? Ya karena sumber
pendapatannya tidak memadai," katanya.
disadur
dari Kompas, Rabu, 15 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar