Editors Picks

Selasa, 07 Juni 2016

Tantangan Kesenjangan


Persoalan kesenjangan sosial ekonomi kembali diangkat dengan menggunakan momentum peringatan hari kelahiran Pancasila tanggal 1 Juni.

Sekalipun Indonesia sebagai negara merdeka sudah berjalan jauh sekitar 71 tahun, ketimpangan sosial ekonomi terkesan tidak mengecil, tetapi justru cenderung melebar. Realitas sosial ekonomi, yang penuh ketimpangan, benar-benar menjauhi amanat sila kelima Pancasila dan konstitusi yang menekankan keadilan sosial.

Ketimpangan sosial telah menciptakan jeritan kemiskinan, crying poverty, bagi puluhan juta warga Indonesia, sementara segelintir orang yang menguasai mayoritas kekayaan negara hidup dalam kegelimangan harta. Sangat tidak adil! Upaya menghapus kesenjangan dan kemiskinan semakin sulit oleh kegaduhan politik dan pertarungan kepentingan yang tidak pernah habis-habisnya.

Isu kesenjangan ekonomi terdesak ke belakang oleh kerasnya pertarungan kepentingan politik. Namun, perlu dikemukakan, kesenjangan sosial yang dibiarkan melebar, tanpa ada upaya serius untuk membereskannya, berpotensi menjadi ancaman berbahaya, yang memengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara secara keseluruhan.

Sebelum keadaan memburuk, upaya keras sangat diperlukan untuk menekan dan mengurangi secara bertahap kesenjangan sosial ekonomi. Penghapusan kesenjangan ekonomi tidak hanya sesuai dengan tujuan kemerdekaan ataupun amanat Pancasila dan konstitusi, tetapi juga untuk tujuan kemanusiaan.

Dengan menggunakan momentum peringatan hari lahir Pancasila, semangat perlu dikobarkan untuk melaksanakan cita-cita kemerdekaan bagi masyarakat adil dan sejahtera. Sangat diharapkan keadilan sosial, seperti diamanatkan dalam sila kelima Pancasila, segera diwujudkan. Seperti pernah disinggung, perwujudan prinsip keadilan sosial akan memperkuat kualitas perwujudan sila-sila lainnya.

Tantangan mewujudkan keadilan sosial tidaklah kecil. Keadaan akan lebih berbahaya jika ketimpangan tidak segera dibereskan. Kesenjangan tidak hanya menjadi ancaman bagi orang-orang terpinggirkan secara sosial ekonomi, tetapi juga lambat laun akan berbahaya bagi orang-orang kaya dan bahkan negara-bangsa.

Secara sosiologis sering dikatakan, kekuatan sebuah sistem kehidupan sosial sangat ditentukan oleh mata rantai paling lemah. Seluruh mata rantai kuat tidak bergerak jika ada mata rantai lemah dan rapuh. Segera terbayang, jika tidak segera diatasi, ketimpangan sosial sebagai mata rantai paling rapuh sangatlah rawan mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara secara keseluruhan.

disadur dari Kompas, Jum’at, 3 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar