Editors Picks

Kamis, 28 Juli 2016

Brexit dan Pengaruhnya ke Indonesia



Seminggu lalu, banyak berita terkait Brexit dan banyak pihak bertanya apakah Brexit tersebut? Bagaimana pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia dan juga investasi investor? Apakah perlu membeli produk investasi sekarang ini atau menjual? Pertanyaan tersebut yang muncul dari semua pihak dalam seminggu terakhir dan banyak berita atau informasi yang muncul di media massa.

Brexit merupakan kependekan dari British Exit atau Britain Exit (huruf Br dari British atau Britain dan digabungkan dengan kata exit) yang menyatakan Inggris akan keluar dari kelompok Uni Eropa. Uni Eropa merupakan kelompok ekonomi negara-negara di Eropa yang beranggotakan 28 negara, termasuk Inggris.

Sebenarnya ada dua kelompok yang saling berargumentasi, yaitu kelompok Brexit dan Bremain, tetapi istilah Brexit yang sangat populer. Untuk menentukan tetap bertahan di Uni Eropa atau keluar dari Uni Eropa, Pemerintah Inggris meminta pendapat rakyatnya dan membuat hari pemilihan pada 23 Juni 2016. Semua rakyat ramai-ramai pergi ke kotak suara.

Sebelum adanya pemilihan suara pilihan Brexit atau Bremain, Perdana Menteri Inggris David Cameron dan 1.200 konglomerat Inggris, termasuk Richard Brenson, mengingatkan rakyat Inggris dampak negatif jika keluar dari Uni Eropa sebagai pilihan dan terus didengungkan.

Pilihan rakyat Inggris atas referendum tersebut adalah menginginkan keluar dari Uni Eropa (51,9 persen) dan mendukung Uni Eropa (48,1 persen). Padahal, sebelumnya, dalam jajak pendapat, yang pro Uni Eropa lebih besar. Kenyataannya berbeda dengan jajak pendapat tersebut. Berbagai berita menyebutkan, pilihan itu lebih banyak karena keputusan orang-orang yang sudah lebih senior, bukan anak muda.

Perdana Menteri Inggris saat ini, David Cameron, berdiri pada posisi mendukung Uni Eropa. Setelah pengumuman kemenangan Brexit, Cameron mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Tindakan yang mengejutkan dunia dan contoh sebagai pemimpin. Tidak seperti pemimpin di Indonesia yang masih mau bertahan walaupun sudah melakukan kesalahan besar.

Efek
Keputusan rakyat Inggris ini memberikan kejutan kepada dunia karena banyak pengaruhnya pada perekonomian Inggris, Eropa, dan dunia, bahkan negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Banyak pemimpin negara meminta rakyat Inggris tidak keluar dari kelompok Uni Eropa karena dampaknya negatif bagi kedua pihak, baik Inggris maupun Uni Eropa.

Departemen Keuangan Inggris memperkirakan bahwa tindakan keluar dari Uni Eropa akan merugikan negara sekitar 5.900 dollar AS per rumah tangga. Pajak yang diterima oleh Inggris akan berkurang 41,03 miliar dollar AS. Bahkan, George Soros memperkirakan nilai mata uang poundsterling akan mengalami kemerosotan sebesar 15-20 persen dan lebih buruk dari ”Black Wednesday” pada tahun 1992.

Dampak lain keputusan Brexit ini membuat bayaran pemain bola akan lebih mahal karena nilai poundsterling merosot. Penduduk Inggris dan negara di Eropa yang anggota Uni Eropa tidak bebas lagi berpindah-pindah bekerja. Jika Inggris melakukan ekspor, mereka harus melakukan aktivitas administrasi yang selama ini tidak sulit menjalankannya.

Sebagai informasi, Inggris mempunyai penduduk nomor tiga, sebesar 64,3 juta jiwa, setelah Jerman 80 juta jiwa dan Perancis 68 juta jiwa. Dalam jumlah produk domestik bruto, Inggris menempati urutan kedua sebesar 2.254 miliar euro setelah Jerman pada level 2.900 miliar euro. Dalam kontribusi keuangan di Uni Eropa, Inggris menempati urutan keempat sebesar 11,3 miliar euro setelah Jerman 25,8 miliar euro, Perancis sebesar 19,6 miliar euro, dan Italia 14,4 miliar euro. Dominasi Jerman sangat besar di kelompok Uni Eropa tersebut.

Keputusan rakyat Inggris membuat dunia mengalami kejutan karena hampir semua pasar saham mengalami penurunan, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia. Dalam pasar valuta asing, nilai poundsterling mengalami kemerosotan terhadap semua mata uang, termasuk terhadap rupiah. Akibatnya, ada peluang negatif atau positif yang diperoleh atas kejadian ini.

Barang ekspor Indonesia akan lebih mahal karena rupiah mengalami peningkatan akibat persoalan keuangan (valuta asing) yang dihadapi Inggris. Bayangkan saja rupiah mengalami apresiasi bukan karena kualitas barang yang mengalami peningkatan, melainkan karena kemerosotan nilai tukar yang terjadi akibat keputusan rakyatnya yang kurang cermat.

Barang-barang ekspor dari Indonesia akan lebih susah bersaing dibandingkan dengan barang-barang dari Eropa sendiri. Dalam proses ekspor dan impor, Indonesia akan mengalami persoalan. Dalam bidang administrasi, pengusaha Indonesia akan melakukan tindakan dua kali kerja karena ke Inggris dengan administrasi sendiri dan Uni Eropa juga tersendiri. Bahkan dapat diduga, barang ekspor bisa berkurang sebab selama ini Indonesia hanya melakukan ekspor ke Inggris dan sekaligus ke negara anggota Uni Eropa yang dilakukan oleh pengusaha Inggris. Namun, setelah adanya Brexit, akan dilakukan sendiri dan harus mencari pasar tersebut.

Pada sisi lain, produk dari Inggris akan hampir sama harganya dengan produk Indonesia, tetapi kualitasnya berbeda. Konsumen Indonesia bisa menikmati produk yang berkualitas dengan nilai yang diharapkan. Anak-anak Indonesia akan membayar lebih murah untuk biaya pendidikan dibandingkan negara-negara lain. Kualitas pendidikan anak Indonesia tamatan Inggris lebih baik melihat selama ini kualitas pendidikan di sana cukup bagus. Pada tahun ini pasti ada pergeseran pilihan pendidikan untuk anak-anak Indonesia yang ingin sekolah ke luar negeri.

Salah satu keuntungan dari adanya Uni Eropa adalah kebebasan penduduk anggota negara di Uni Eropa bisa berpindah-pindah dan tidak perlu banyak administrasi yang dilakukan, termasuk visa. Akan tetapi, dengan adanya Brexit, akan terjadi perubahan yang mendasar dan ini yang tidak diinginkan oleh penduduk Inggris.

Penduduk Indonesia yang masih muda dan mau bekerja kasar akan lebih bisa hidup di Inggris karena rakyat Inggris pada umumnya tidak mau kerja kasar. Artinya, ada peluang pasar untuk kerja, tetapi harus menjalani proses lebih rumit karena dibutuhkan kemampuan berbahasa Inggris.

oleh Adler Haymans Manurung
disadur dari Kompas, Sabtu, 2 Juli 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar