Mewakili
pemerintah, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo meminta maaf atas
ketidaknyamanan perjalanan mudik Lebaran tahun 2016.
Mudik
Lebaran 2016 memicu amarah publik melalui media sosial. Netizen
mempersoalkan ketidaksiapan pemerintah mengelola mudik Lebaran. Kemacetan parah
berjam-jam di Gerbang Tol Brebes Timur menuju Tegal memunculkan ekspresi
ketidakpuasan pemudik terhadap pemerintah. Namun, secara keseluruhan, mudik
melalui kereta api, penerbangan, ataupun jalur laut berjalan baik.
Ekspresi
ketidakpuasan publik dipicu dengan respons menteri yang terkesan menegasikan
fakta lapangan dan ditafsirkan publik kurang berempati terhadap pemudik.
Sejumlah pejabat malah saling tuding mengenai penyebab kemacetan parah. Cara
seperti itu jelas tidak menguntungkan citra pemerintahan Presiden Joko
Widodo-Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kita bersyukur Menteri Dalam Negeri Tjahjo
Kumolo mewakili pemerintah meminta maaf atas ketidaknyamanan arus mudik Lebaran
2016. Kekurangnyaman mudik akan jadi bahan evaluasi.
Permintaan
maaf Mendagri seandainya dilakukan lebih awal bisa meredam ketidakpuasan publik
terhadap pelaksanaan mudik Lebaran. Mendagri Tjahjo Kumolo meminta maaf pada
hari Sabtu, 9 Juli 2016, setelah netizen terus mengkritik pelaksanaan
arus mudik 2016. Kemacetan parah di Brebes terjadi H-3 hingga H-2 Lebaran.
Kemacetan
memang identik dengan arus mudik. Namun, kemacetan arus mudik Lebaran 2016 pada
hari-hari puncak memang luar biasa. Perjalanan Jakarta-Solo harus ditempuh 44
jam. Namun, bagi pemudik yang mudik lebih awal, kehadiran Jalan Tol Cipali
memang bisa memperpendek waktu tempuh.
Pelaksanaan
mudik Lebaran 2016 harus jadi bahan evaluasi, termasuk komunikasi mengenai
potensi kemacetan jalur Brebes-Tegal. Rencana detail operasi jalur Lebaran
kurang tersosialisasikan. Komunikasi merupakan salah satu aspek yang perlu
diperbaiki dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wapres Jusuf Kalla. Tidak
ada juru bicara pemerintah yang menjelaskan peristiwa di lapangan secara
detail, termasuk latar penyebabnya. Peristiwa faktual yang terjadi di lapangan,
termasuk meninggalnya sejumlah orang dalam perjalanan mudik, hanya menjadi teks
dan terlambat diberi konteks oleh pemerintah.
Kegaduhan
demokrasi digital terlambat diantisipasi para menteri dalam Kabinet Kerja. Para
menteri berpendapat sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi. Akibatnya,
komunikasi pemerintahan terasa begitu kedodoran di mata publik. Sama juga
halnya dengan kurang diantisipasinya kemacetan parah di Jalan Tol Brebes Timur.
Itu semua harus jadi pelajaran sangat berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar