Editors Picks

Selasa, 09 Agustus 2016

Indonesia 2045



Sudah menjadi hukum sejarah, dunia berikut tatanan kehidupannya akan terus berevolusi. Demikian juga perjalanan suatu bangsa jika bangsa itu lulus menjaga eksistensinya.

Agustus 2015, dalam acara seminar internasional di Universitas Indonesia, saya menyampaikan refleksi kesejarahan "70 Tahun Indonesia Merdeka". Saya kedepankan dinamika dan pasang surut perjalanan bangsa Indonesia sejak 1945, kemudian apa tantangan dan pekerjaan rumah 70 tahun ke depan.

Di awal 2016, saya juga diminta Universitas Udayana, Bali, untuk memberikan kuliah umum "Indonesia 2045" atau "Satu Abad Indonesia Merdeka". Di hadapan segenap sivitas akademika, saya sampaikan bahwa tahun 2045 Indonesia bisa menjadi negara yang lebih maju, kuat, dan sejahtera. Dengan kerja keras dan pertolongan Tuhan, insya Allah Indonesia bisa. Tentu ini tidak datang dari langit dan jalan yang ditempuh tak selalu lunak.

Indonesia 2045, tinggal tiga dekade lagi. Sebagai warga bangsa yang bertanggung jawab kita berkewajiban mewujudkan impian indah itu. Seorang guru manajemen tersohor, Peter Drucker, pernah mengatakan, "The best way to predict the future is to create it". Ia benar.

Maka melalui artikel ini saya ingin mengajak kita semua, bangsa Indonesia, bersatu dan bekerja keras mewujudkan "Indonesia Sukses" tahun 2045.

Transformasi besar bangsa
Sejak 1998, sesungguhnya bangsa Indonesia bukan sekadar melakukan reformasi, melainkan juga transformasi besar dan mendasar. Transformasi ini masih berlangsung dan menurut perkiraan saya masih berlanjut 20-30 tahun ke depan.

Saya mencatat ada lima transformasi besar yang tengah kita lakukan. Pertama, dalam dunia politik, kita bertransformasi dari sistem otoritarian menuju demokrasi. Kedua, di bidang pemerintahan dari sistem yang sentralistik menuju desentralistik. Ketiga, dari ekonomi yang didominasi sumber daya alam menuju yang lebih berbasis industri, jasa, teknologi, dan sumber daya manusia. Keempat, dalam hubungan internasional kita tengah melengkapi cara pandang dari inward looking dan terlalu nasionalistik menuju wawasan yang lebih seimbang: inward and outward looking, dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional. Kelima, terkait stabilitas politik dan keamanan publik, kita berubah dari pendekatan keamanan menuju ke penegakan hukum.

Layaknya perubahan besar, selalu ada tantangan dan resistensinya. Perubahan juga menghadirkan instabilitas dan rasa tidak nyaman bagi sebagian kalangan. Itu sebabnya tak sedikit reformasi dan transformasi gagal mencapai tujuan karena para pelakunya menyerah. Atau kaum yang menentang berhasil mengalahkan kaum reformis. Kalau ini terjadi, bangsa yang bersangkutan bukan hanya kembali ke posisi awal, melainkan bisa mengalami disorientasi dan lebih buruk kondisinya.

Sebagai contoh, tak mudah mendidik dan mentransformasi alam pikir dan perilaku politik kita, orang seorang, yang selama lebih dari 30 tahun menjalankan sistem otoritarian, menjadi demokratis. Termasuk alam pikiran para pemimpin di negeri ini. Ekonomi dan bisnis Indonesia yang dimanjakan oleh keberlimpahan sumber daya alam juga tidak mudah hijrah ke ekonomi jasa, sumber daya manusia, dan penguasaan iptek. Para pelaku ekonomi di comfort zone enggan berubah. Tentu masih banyak tantangan lain. Peran para pemimpin menjadi penting untuk menjaga semangat perubahan ini.

Urusan transformasi sengaja saya angkat karena ada kaitannya dengan pekerjaan besar yang hendak kita lakukan untuk mewujudkan Indonesia Sukses di ulang tahunnya yang keseratus.

Pekerjaan rumah ke depan
Menurut saya, ada tiga tujuan besar yang mesti kita capai di satu abad kemerdekaan nanti, yaitu (1) demokrasi yang kuat, stabil, dan berkualitas; (2) ekonomi yang kuat, adil, dan berkelanjutan; dan (3) peradaban bangsa yang lebih unggul menuju negara maju (developed country) akhir abad XXI.

Banyak hal harus kita lakukan untuk tujuan pertama. Para pemimpin-negara, pemerintah, dan tokoh politik-harus berdiri di depan dan menjadi contoh.
Mari kita didik masyarakat dan diri kita, bahwa demokrasi tidak sekadar pemilihan umum dan kebebasan. Juga bukan hanya hak sipil dan hak politik warga negara. Demokrasi juga tentang konstitusionalisme dan kepatuhan kita terhadap sistem dan perundang-undangan, sekaligus etika dan aturan main. Juga tentang kepatuhan pada pranata hukum (rule of law) dan penegakan hukum. Juga tentang akuntabilitas para penyelenggara negara, termasuk bebasnya mereka dari penyimpangan dan tindak pidana korupsi. Juga tentang checks and balances di antara para pemegang kekuasaan, termasuk di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Juga tentang penggunaan kekuasaan (the exercise of power)-apakah kekuasaan digunakan secara tepat atau melampaui batasnya.

Demokrasi juga berkaitan dengan etika para wakil rakyat dan semua pejabat yang mendapat mandat rakyat. Di sini termasuk presiden, gubernur, bupati, dan wali kota. Juga para anggota DPR, DPD, dan MPR. Yang mereka lakukan dan perjuangkan harus benar-benar yang menjadi harapan dan aspirasi rakyat.

Yang terakhir dari domain demokrasi adalah menghadirkan demokrasi yang tertib. Demokrasi yang matang ditandai oleh politik yang tertib dan stabil. Maka untuk menjaga stabilitas politik dan ketertiban publik harus dipilih cara-cara yang tidak merusak sendi-sendi demokrasi. Cara-cara represif dan keluar dari pranata hukum harus menjadi milik masa lampau. Membikin rakyat tidak berani bicara karena takut divonis mengganggu stabilitas politik dan jalannya pemerintahan adalah bentuk represi di era modern ini.

Tujuan besar kedua berupa ekonomi yang kuat, adil, dan berkelanjutan, berarti upaya agar ekonomi terus tumbuh dan pendapatan nasional juga semakin besar; ekonomi makro terjaga baik, termasuk terciptanya lapangan pekerjaan dan harga-harga yang stabil dan terjangkau; serta ketahanan dan fundamental ekonomi. Antara 2004-2014 pertumbuhan kita rata-rata hampir 6 persen, tertinggi kedua atau ketiga di antara negara-negara G-20.

Ekonomi yang berkeadilan menjadi tantangan besar Indonesia dan dunia. Meskipun secara global jumlah orang miskin berkurang, ketimpangan sosial-ekonomi makin besar. Meskipun belum sempurna, apa yang kami doktrinkan dulu dalam pembangunan ekonomi, yaitu "pertumbuhan disertai pemerataan" atau growth with equity akan bijak jika tidak ditinggalkan. Alangkah tidak indahnya jika negara kita dipenuhi bangunan megah serta proyek-proyek mercu suar lainnya, sementara masyarakat hidup miskin.

Kita harus kembali mengejawantahkan kearifan para pendiri republik bahwa Indonesia yang kita tuju adalah Indonesia yang adil dan makmur. Keduanya harus tumbuh bersama, jangan dipisahkan dan jangan sampai keadilan dikorbankan lantaran yang ingin kita tampilkan adalah gemerlapnya wajah kemakmuran.

Dunia abad XXI juga menghadirkan semangat tinggi bagi terpeliharanya lingkungan alam dan sumber-sumber kehidupan di Bumi. Konferensi PBB di Paris, Desember 2015, yang berhasil menghadirkan dokumen bersejarah untuk memerangi pemanasan global dan perubahan iklim, adalah tonggak baru yang patut kita rayakan. Dunia sepakat bahwa pembangunan yang kita jalankan adalah pembangunan berkelanjutan dan ekonomi yang kita anut adalah ekonomi hijau.

Semoga strategi pembangunan ekonomi yang saya tawarkan (juga kita laksanakan dalam 10 tahun masa kepresidenan saya), yaitu "4 Track Strategy", bisa diposisikan sebagai alternatif. Alhamdulillah, tema besar kita"sustainable growth with equity" dan juga"4 Track Strategy" yang mencakup pembangunan ekonomi yang pro-pertumbuhan, pro-lapangan pekerjaan, pro-pengurangan kemiskinan, dan pro-kelestarian lingkungan juga menjadi masukan penyusunan SDGs (Sustainable Development Goals) yang secara pribadi saya ikut menyumbang.

Indonesia maju, kuat, dan sejahtera tahun 2045 dapat kita wujudkan jika peradaban terus kita majukan. Kemajuan peradaban sebuah bangsa ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, daya saing dan kemandirian yang kuat, serta karakter yang kokoh dan unggul. Dengan itu semua, bangsa akan lebih tahan guncangan. Artinya, jika harus mengalami krisis yang berat sekalipun, bangsa itu akan tetap survive.

Pengertian peradaban (civilization) luas dan beragam. Sungguh pun demikian, saya berpikir peradaban, ketahanan, dan keunggulan bangsa Indonesia akan ditentukan oleh tingkat pendidikan. Manusia dan bangsa Indonesia harus berkarakter kuat di atas jati dirinya yang telah lulus dari berbagai ujian sejarah. Masyarakat Indonesia juga harus menjadi masyarakat yang rasional dan bertanggung jawab. Teknologi harus dikuasai, apalagi kita hidup dalam era digital dan juga revolusi industri gelombang keempat. Sebagai bangsa majemuk, peradaban bangsa kita juga mesti ditandai dengan toleransi dan kerukunan, sekaligus mencintai perdamaian. Sebagai bagian dari the good society, masyarakat Indonesia juga harus kepatuhan terhadap pranata sosial dan pranata hukum.

Peluang, tantangan, dan imperatif
Bisakah Indonesia menjadi negara yang lebih maju, kuat, dan sejahtera 2045? Tak ada seorang pun bisa menjamin. Namun, berangkat dari keyakinan dan akal sehat, saya memberanikan diri bahwa kita bisa.

Ada lima alasan yang dapat saya sampaikan. Pertama, Indonesia berusia muda~young country. Masih ada peluang untuk tumbuh dan maju. Kedua, kita selalu bisa keluar dari krisis. Beberapa kali Indonesia diramalkan ambruk, tetapi tidak terjadi. Ketiga, potensi dan sumber daya kita besar. Ini modal pembangunan yang berharga jika negara diawaki oleh manusia yang cakap, inovatif, dan unggul. Keempat, kita masih terus bertransformasi. Maka, transformasi dan reformasi tidak boleh terhenti. Apalagi gagal. Kelima, untuk menambah keyakinan bahwa Indonesia bisa maju, ada banyak kisah sukses.

Meskipun 10 tahun masa pemerintahan saya amat berat kondisinya serta tak semua bisa kita capai, dalam kurun waktu itu pendapatan per kapita rakyat naik hampir 350 persen. Ingat, sejak Indonesia merdeka hingga 60 tahun kemudian, pendapatan per kapita kita 1.100 dollar AS. Dalam 10 tahun, angka itu menjadi 3.700 dollar AS. Ternyata bangsa kita bisa.

Ke depan, tantangan dan permasalahan yang kita hadapi semakin berat. Dunia dan kawasan Asia juga tidak selalu kondusif. Perjalanan bangsa kita pun penuh dengan masa pasang dan surut. Oleh karena itu, untuk sukses kita harus bekerja sangat keras disertai pikiran yang cerdas. Kalau hal ini saya tuangkan dalam bentuk imperatif, ada 3 hal yang harus kita penuhi.

Pertama, bangsa ini harus punya visi. Visi ini produk dari pemikiran besar berlandaskan realitas dan telaah logis dan rasional atas apa yang bisa dan tidak bisa dicapai Indonesia ke depan, serta pengalaman panjang kita semua dalam membangun negara. Dalam arti luas visi berkaitan dengan grand strategy, perencanaan jangka panjang dan haluan pembangunan yang kita jalankan.

Pemimpin pada tingkat puncak beserta jajaran penyelenggara negara serta lembaga think tank berkewajiban merumuskan visi bangsa dan kemudian menjadikannya sebagai kompas dan haluan kehidupan bernegara kita ke depan.

Kedua, diperlukan kepemimpinan yang visioner, cakap, dan kuat. Kepemimpinan ini tidak hanya berkaitan dengan presiden sebagai pemimpin puncak, tetapi juga kepemimpinan di semua lini dan tingkatan. Dalam konteks menuju Indonesia 2045, tugas penting pemimpin adalah menyatukan dan mengarahkan (aligning) rakyat untuk bekerja dan bergerak menuju masa depan itu. Para pemimpin tingkat nasional secara moral dan politik bertanggung jawab membawa bangsa ini terus bergerak ke depan. Inilah yang disebut pragmatisme dengan visi. Pragmatisme tanpa visi bisa membuat perjalanan Indonesia menuju ke arah yang keliru.

Ketiga, ketika Indonesia telah memiliki visi besar dan juga dipimpin oleh para pemimpin yang cakap, seluruh komponen bangsa harus bekerja dan memberikan sumbangsihnya.

Indonesia 2045 tinggal 30 tahun kurang. Seraya memberikan kesempatan dan dukungan kepada negara dan pemerintah untuk memimpin kita semua, ada tugas sejarah yang harus kita tunaikan. Semua mesti ikut berkarya hari ini dan berupaya agar karya kita sukses dalam arahan para pemimpin yang cakap dan bertanggung jawab dalam visi besar bangsa.

oleh Susilo Bambang Yudhoyono
disadur dari Kompas, Selasa, 28 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar