Ramadan
telah hadir beberapa hari. Puncak ritual Ramadan adalah perayaan Idul Fitri
atau Lebaran. Setiap Lebaran terdapat tradisi pulang kampung atau mudik yang
melibatkan banyak orang. Kementerian Perhubungan (2015) mencatat 11,36 juta
orang menjalankan aktivitas mudik pada musim Lebaran 2015. Angka fantastis ini
menghasilkan perputaran uang yang luar biasa.
Bank
Indonesia mencatat kebutuhan dana Lebaran tahun 2015 adalah sekitar Rp 125,2
triliun. Salah satu sektor yang menghasilkan perputaran uang selama mudik
lebaran adalah pariwisata. Musim mudik Lebaran 2015 menciptakan peluang kerja
bagi 11,3 juta tenaga kerja.
Perputaran
uang dari pemudik yang menjadi wisatawan nusantara sebesar Rp 800.000 per hari
per orang (Kementerian Pariwisata, 2015). Langkah strategis berbasis
optimalisasi layanan mesti diambil sektor pariwisata guna menangkap potensi
selama musim mudik Lebaran 2016 nanti.
Salah
satu fokus pemerintahan Jokowi adalah mengembangkan pariwisata. Pengembangan
wisata nasional terdiri dari empat program, yakni Program Destinasi dan Even,
Program Pengembangan Aksesibilitas dan Infrastruktur, Program Promosi Pemasaran
Bersama, dan Program Pengembangan Masyarakat dan Pelestarian Lingkungan.
Capaian
sektor pariwisata Indonesia menunjukkan tren positif meskipun belum memenuhi
harapan. Sekitar 10 juta turis asing datang ke Indonesia sepanjang 2015. Sektor
pariwisata baru berkontribusi sekitar 4% dari total perekonomian. Pemerintah
menargetkan pada 2019 kontribusi tersebut naik dua kali lipat menjadi 8% dari
produk domestik bruto (PDB). Jumlah pengunjung harus ditingkatkan dua kali
lipat menjadi kira-kira 20 juta (Kementerian Pariwisata, 2016).
Puncak
aktivitas pariwisata, khususnya domestik umumnya terjadi pada setiap musim
libur. Banyak hikmah, potensi, dan permasalahan di setiap dinamika musim libur.
Salah satu sektor yang berpeluang mendulang potensi ekonomi adalah pariwisata.
Kondisi
ini terjadi misalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu tujuan
wisata nasional. Yogyakarta menjadi salah satu destinasi yang diserbu ratusan
ribu pengunjung. Peningkatan berkisar 10%-15% dibandingkan dengan rata-rata
bulan lainnya (Dinas Pariwisata DI Yogyakarta, 2015). Bank Indonesia Perwakilan
DI Yogyakarta bahkan mempersiapkan uang tunai hingga Rp 3,4 triliun. Dinamika
musim libur penting dievaluasi demi menguatkan dan meningkatkan mutu layanan
pariwisata ke depannya.
Layanan
pariwisata secara umum dapat dikatakan baik dan selalu meningkat dibandingkan
dengan sebelumnya. Namun masih saja dijumpai beberapa permasalahan yang
mengganggu kenyamanan wisatawan.
Strategi optimalisasi
Pertama,
terkait layanan transportasi. Permasalahan klasik setiap puncak liburan adalah
kemacetan pada jalur destinasi wisata. Kondisi ini diperburuk oleh layanan juru
parkir ilegal atau menaikkan biaya parkir secara signifikan. Di beberapa
daerah, juga muncul beberapa pemandu liar jalur alternatif yang membebani biaya
dan kurang bertanggung jawab.
Kedua,
terkait aspek lingkungan. Permasalahan lingkungan yang menonjol dan kerap
menganggu kenyamanan berwisata adalah sampah yang berserakan atau menggunung.
Sampah menimbulkan bau tidak sedap dan pemandangan yang tidak bagus.
Sektor
pariwisata Indonesia sempat tertampar karena kondisi sampah di Bali. Majalah
Time edisi 1 April 2011 pernah menampilkan reportase berjudul Holidays in Hell: Bali’s Ongoing Woes.
Andrew Marshall, sang penulis, menyebutkan Bali kini penuh sampah, limbah
industri, dan kemacetan lalu lintas yang akut. Bali dicap sebagai tempat
berlibur seperti neraka. Pariwisata di Yogyakarta mesti bisa belajar dari kasus
ini.
Ketiga,
menyangkut keramahan dan keamanan. Yogyakarta terkenal keramahan sosial budaya
warganya. Namun segelintir oknum terkadang mencoreng keunggulan tersebut.
Misalnya dengan hadirnya pemandu wisata liar, juru parkir ilegal, pedagang
nakal, pungutan liar, dan lainnya. Aspek keamanan juga tidak jarang terganggu
karena ulah pencopet dan sejenisnya.
Permasalahan
layanan selama ini masih dalam taraf wajar, tetapi dapat menjadi bom waktu bagi
masa depan sektor pariwisata Yogyakarta. Langkah cepat dan komprehensif penting
segera ditempuh guna revitalisasi layanan jasa pariwisata agar prima dan
berkelanjutan.
Pembenahan
sektor pariwisata penting menjadi prioritas. Moda transportasi umum dan lokal
mesti diperbaiki kinerja dan kualitasnya. Jalur-jalur alternatif mestinya
dipersiapkan guna menghadapi lonjakan daya tampung jalan saat musim liburan. Kantong-kantong
parkir yang representatif dan terjangkau wajib tersediakan. Sumberdaya manusia
pendukungnya mesti dibekali kemampuan dan karakter yang ramah. Teknologi
penunjang juga mesti diperhatikan, seperti informasi digital, rambu lalu
lintas, dan lainnya.
Kebersihan
dan kesehatan lingkungan lokasi wisata menjadi tanggung jawab pengelola dan
pemerintah. Patut diteladani sikap Gubernur Bali yang secara terbuka mengakui
ulasan Time. Langkah darurat diambil dengan pembersihan Pantai Kuta setiap pagi
dengan alat-alat berat. Langkah selanjutnya merancang Perda Pengelolaan Sampah.
Yogyakarta perlu memikirkan pengelolaan sampah terpadu dan penyediaan ruang
terbuka hijau untuk kenyamanan wisatawan.
Pelaku
dan penyedia jasa wisata penting menonjolkan keistimewaan budaya Yogyakarta
dalam melayani wisatawan. Keramahan mesti diprioritaskan. Atraksi seni dan
budaya menarik disuguhkan dalam menghibur dan melayani wisatawan. Aparat
kepolisian juga wajib menjamin keamanan bagi para wisatawan.
Yogyakarta
memiliki potensi menjadi destinasi utama wisata dunia. Kunjungan wisatawan
mesti ditarik tidak sekadar saat musim liburan dan bersifat lokal. Kunci
utamanya adalah layanan jasa pariwisata yang kompetitif dan memiliki nilai
unggul. Keunggulan ini penting dipromosikan secara internasional dan didukung
oleh kontribusi lintas sektor.
oleh
Ribut Lupiyanto
disadur
dari Kontan, Jum’at, 17 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar