Editors Picks

Rabu, 08 Juni 2016

IMPORTASI & OPERASI PASAR JADI ANDALAN - Jungkir Balik Tekan Harga




Pemerintah menempuh segala cara dari importasi, operasi pasar hingga memotong rantai pasok guna menurunkan harga komoditas pangan utama paling lambat dalam dua minggu ke depan. Namun, sejumlah pihak meragukan strategi itu akan berhasil. Sejumlah komoditas pangan utama yang menjadi sorotan adalah daging sapi, bawang merah dan gula pasir yang belakangan mengalami penaikan harga, serta beras medium yang menjadi pangan utama masyarakat.

Selain itu, penyelidikan distributor nakal yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Kepolisian RI terus digencarkan untuk menurunkan harga yang relatif menanjak dari bulan biasanya.
Mendag Thomas Lembong mengatakan sejumlah impor komoditas yang telah diterbitkan saat ini belum tiba, sehingga stok komoditas, seperti daging dan gula masih belum memadai yang mem buat harga masih terpantau tinggi.

Dia mencontohkan izin impor daging sapi sebanyak 27.000 ton oleh BUMN, BUMD dan swasta, saat ini baru terealisasi ribuan ton saja sehingga harga daging belum turun seperti yang diinginkan.

“Masih on going pemasukan impor, tapi saya yakin dalam dua minggu ini terdapat akselerasi stok sehingga bisa menurunkan harga,” katanya usai Sidang Kabinet Paripurna, Selasa (7/6).

Thomas mengatakan pemerintah berupaya untuk menurunkan harga daging secara maksimal sesuai dengan arahan Presiden Jokowi di kisaran Rp80.000/kg. “Kami hanya bisa melakukan apa yang mampu kami lakukan,” ujarnya.

Meski demikian, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan memang perlu waktu agar pemasukan impor, operasi pasar dan hasil kerjasama langsung dengan perusahaan berdampak pada penurunan harga pangan.

Sejauh ini, pemasukan impor daging baru 1.800 ton yang dilakukan oleh Perum Bulog, penyaluran gula oleh Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) sebanyak 102.000 ton dari total importasi 192.000 ton, sementara impor bawang merah 5.000 ton masih diproses.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan memasuki awal bulan Ramadan, pihaknya mengindentifikasi sejumlah harga pangan, seperti beras, bawang merah dan minyak goreng berangsur turun.

Namun, dia menyayangkan harga gula pasir yang masih terpantau tinggi imbas perdagangan gula global serta harga daging yang masih tinggi, walaupun kenaikannya dinilai masih wajar.

Dilansir dari kemendag.go.id, harga gula pasir menunjukkan kenaikan 15% (month on month/mom) menjadi Rp15.640/kg. Sementara itu, harga daging sapi hanya naik 2,94% (mom), namun tetap terpantau tinggi di kisaran Rp115.830/kg.

Sulit Turun
Sementara itu, pelaku peternakan menyebut harga daging di dalam negeri merupakan bentukan struktur pasar yang sudah berlangsung lama sehingga sulit untuk diturunkan dalam waktu seketika.

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan pemerintah seharusnya menentukan orientasi kebijakan harga daging nasional, apakah ingin distabilkan dalam jangka panjang, atau hanya diturunkan saat menjelang hingga setelah hari besar.

Pasalnya, kebijakan yang selama ini dilakukan dinilai merupakan kebijakan yang sifatnya sementara. Setelah hari besar, masyarakat tetap sulit untuk mengakses daging dengan harga Rp80.000 seperti yang ditargetkan pemerintah tercapai pada hari besar tahun ini.

“Kalau dikalkulasikan, saat ini harga per kilogram berat hidup sapi di sentra produksi yaitu Rp34.000 dan di daerah konsumsi bisa Rp44.000 per kilogram. Saat dihitung itu harganya di konsumen Rp109.000, memang harganya sudah segitu,” ungkap Teguh saat dihubungi Bisnis, Selasa (7/6).

Bustanul Arifin, Ekonom Senior Indef, menilai dibutuhkan perbaikan menyeluruh rantai nilai daging sapi mulai dari sisi hilir (pasar murah), tengah (perdagangan), dan hulu (peternakan dan feedloter) guna menekan harga daging sapi. “Paling cepat butuh satu hingga dua tahun.”

Kemarin, Komisi Pengawas Persaingan Usaha juga melakukan advokasi kebijakan dengan kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, guna mengamankan harga pangan strategis saat Ramadan hingga tiga bulan ke depan.

Advokasi kebijakan tersebut diklaim akan menjadi salah satu fokus di Paket Kebijakan Ekonomi ke-13, mengenai kebijakan persaingan usaha dan penyederhanaan regulasi.
Ketua KPPU M. Syarkawi Rauf mengatakan komoditas pangan strategis yang masih ditemui kendala di pasar adalah harga sapi dan ayam.

Adapun salah satu advokasi kebijakan yaitu memantau rantai distribusi yang sangat panjang. Pasalnya panjangnya arus distribusi merupakan indikasi adanya celah persekongkolan dan timbulnya mafia pangan. Apabila setiap channel distributor mengambil margin keuntungan maka kenaikan harga ayam atau sapi di tingkat konsumen tidak bisa dibendung lagi.

KPPU sepakat dengan rekomendasi Komisi Ekonomi Industri Nasional (KEIN) untuk mematok harga daging sapi, layaknya sistem patokan tarif angkutan umum.

disadur dari Bisnis, Rabu, 8 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar