Terkadang
inspirasi dan proses kreatif bisa datang dari mana saja, bahkan di waktu dan
tempat yang tidak terduga. Menurut penulis biografi Paul McCartney dan the
Beatles, Paul mendapatkan inspirasi membuat lagu Hey Jude dalam mimpi. Ketika
terbangun, dirinya langsung memainkan nada lagu dengan piano agar tidak lupa.
Hal
ini juga berlaku dalam dunia media yang penuh perkembangan sedemikian cepat.
Inspirasi dan bekerja secara kreatif sangat diperlukan untuk bisa bertahan dari
gempuran teknologi yang maju sedemikian cepat, hebat dan bisa dibilang massif.
Dalam
era sekarang yang sudah digital, tidak lagi ada sekat antara, jarak, ruang dan
waktu, semuanya bisa dihilangkan dalam sekejap.
Jika
zaman dahulu orang harus datang ke kantor untuk melakukan pekerjaannya, maka
kini seluruh urusan bisa diselesaikan saat berada di luar kantor. Proses
kreatif dibarengi dengan teknologi yang sudah semakin canggih memudahkan kita
untuk tidak terpangku duduk bekerja di kantor selama 8 jam atau 9 jam.
Lalu,
kenapa proses kreatif sedemikian penting dalam industri media sekarang ini?
Zaman
telah berubah, jika dahulu koran, radio, televisi sangat digandrungi untuk
mencari informasi dan hiburan, maka kini era tersebut sudah berganti. Perlahan
tapi pasti era digital mengubah segalanya, bahkan bisa dibilang pada 2010-an
menjadi tonggak revolusi dalam industri media.
Surat
kabar yang posisinya dari dahulu terjepit karena kehadiran radio dan televisi,
kini eksistensinya semakin tergerus karena keberadaan media online. Orang tidak lagi
menunggu esok untuk mengetahui berita terkini, karena media online bisa memberikan
sejumlah kabar terbaru mengenai suatu peristiwa.
Efeknya?
Media cetak mulai ditinggalkan, oplahnya turun, pengiklan pun lari mencari
jalan yang lebih pasti. Radio dan televisi pun mulai tergopoh-gopoh menghadapi
gempuran era digitalisasi. Padahal dua media ini sudah berada dalam jalur yang
tidak jauh beda dalam hal teknologi.
Sadar
bentuk fisik sudah tidak lagi dipusingkan, kini, radio dan televisi mulai
menawarkan streaming
agar eksistensi mereka tetap hidup. Ramai-ramai mencari cara bagaimana tetap survive dalam dunia yang
penuh kreativitas ini.
Lantas,
apakah media online
bisa lenggang kangkung dalam era seperti ini? Jawabannya tidak, sama sekali
tidak. Semakin banyak media online
bermunculan dengan segala macam penawaran yang menarik membuat proses berpikir
kreatif dalam industri ini semakin cepat dan yang pasti tidak boleh berhenti.
Bahkan,
kalau perlu para pelaku di industri ini melakukan proses kreatif seperti Paul
McCartney yang mendapat inspirasi saat sedang mimpi.
Beberapa
waktu lalu saya membaca sebuah artikel yang sangat menarik mengenai prediksi
senjakala media online.
Mungkin Anda bertanya-tanya, kok bisa di era seperti ini malah ada istilah
seperti itu?
Hal
tersebut bisa saja terjadi karena beberapa faktor. Ya karena sudah masuk dalam
dunia industri, yang jadi pemain utama dari semua masalah adalah duit. Namun,
tidak sesederhana itu caranya, seperti kita mengucapkan duit atau uang, bahkan
dalam prosesnya proses bertahan ini dapat menimbulkan konflik yang bisa
melibatkan integritas sebuah harga diri.
Akar
masalahnya, adalah monetisasi. Model bisnis media online, ternyata tak bisa menghasilkan uang
secepat dan sebanyak yang selama ini dikira.
Pembaca
yang tercerai-berai karena banyaknya media online
membuat industri periklanan lebih selektif dalam memasang iklannya, mereka
tidak ingin terjebak dalam penawaran semu yang memberikan janji palsu.
Kini,
bisa dibilang para pengiklan lebih membutuhkan hal-hal nyata yang bisa membuat
mereka juga untung dalam penjualan.
Jadi,
bisa dibilang, proses kreatif tidak akan pernah berhenti di dalam media,
karena industri ini terus melakukan perubahan. Setiap zaman membutuhkan
pendekatan yang berbeda termasuk di era digital seperti sekarang ini.
Bukan
tidak mungkin di masa mendatang, prediksi mengenai ketepurukan media online karena perusahaan
yang tidak bisa melakukan perubahan dan adaptasi secara cepat akan segera
terjadi.
Sebagai
penutup, saya akan mengutip sebuah quote dari buku Hey, Whipple, Squeeze This milik Luke Sullivan,
“Creativity is like washing a pig. It’s
messy. It has no rules. No clear beginning, middle or end. It’s kind of a pain
in the ass, and when you’re done, you’re not sure if the pig is really clean or
even why you were washing a pig in the first place.”
oleh Andhika Anggoro Wening
disadur
dari Bisnis, Kamis, 16 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar