Editors Picks

Jumat, 17 Juni 2016

Terus Kreatif agar Eksis



Terkadang inspirasi dan proses kreatif bisa datang dari mana saja, bahkan di waktu dan tempat yang tidak terduga. Menurut penulis biografi Paul McCartney dan the Beatles, Paul mendapatkan inspirasi membuat lagu Hey Jude dalam mimpi. Ketika terbangun, dirinya langsung memainkan nada lagu dengan piano agar tidak lupa.

Hal ini juga berlaku dalam dunia media yang penuh perkembangan sedemikian cepat. Inspirasi dan bekerja secara kreatif sangat diperlukan untuk bisa bertahan dari gempuran teknologi yang maju sedemikian cepat, hebat dan bisa dibilang massif.

Dalam era sekarang yang sudah digital, tidak lagi ada sekat antara, jarak, ruang dan waktu, semuanya bisa dihilangkan dalam sekejap.

Jika zaman dahulu orang harus datang ke kantor untuk melakukan pekerjaannya, maka kini seluruh urusan bisa diselesaikan saat berada di luar kantor. Proses kreatif dibarengi dengan teknologi yang sudah semakin canggih memudahkan kita untuk  tidak terpangku duduk bekerja di kantor selama 8 jam atau 9 jam.

Lalu, kenapa proses kreatif sedemikian penting dalam industri media sekarang ini?

Zaman telah berubah, jika dahulu koran, radio, televisi sangat digandrungi untuk mencari informasi dan hiburan, maka kini era tersebut sudah berganti. Perlahan tapi pasti era digital mengubah segalanya, bahkan bisa dibilang pada 2010-an menjadi tonggak revolusi dalam industri media.

Surat kabar yang posisinya dari dahulu terjepit karena kehadiran radio dan televisi, kini eksistensinya semakin tergerus karena keberadaan media online. Orang tidak lagi menunggu esok untuk mengetahui berita terkini, karena media online bisa memberikan sejumlah kabar terbaru mengenai suatu peristiwa.

Efeknya? Media cetak mulai ditinggalkan, oplahnya turun, pengiklan pun lari mencari jalan yang lebih pasti. Radio dan televisi pun mulai tergopoh-gopoh menghadapi gempuran era digitalisasi. Padahal dua media ini sudah berada dalam jalur yang tidak jauh beda dalam hal teknologi.

Sadar bentuk fisik sudah tidak lagi dipusingkan, kini, radio dan televisi mulai menawarkan streaming agar eksistensi mereka tetap hidup. Ramai-ramai mencari cara bagaimana tetap survive dalam dunia yang penuh kreativitas ini.

Lantas, apakah media online bisa lenggang kangkung dalam era seperti ini? Jawabannya tidak, sama sekali tidak. Semakin banyak media online bermunculan dengan segala macam penawaran yang menarik membuat proses berpikir kreatif dalam industri ini semakin cepat dan yang pasti tidak boleh berhenti.

Bahkan, kalau perlu para pelaku di industri ini melakukan proses kreatif seperti Paul McCartney yang mendapat inspirasi saat sedang mimpi.

Beberapa waktu lalu saya membaca sebuah artikel yang sangat menarik mengenai prediksi senjakala media online. Mungkin Anda bertanya-tanya, kok bisa di era seperti ini malah ada istilah seperti itu?

Hal tersebut bisa saja terjadi karena beberapa faktor. Ya karena sudah masuk dalam dunia industri, yang jadi pemain utama dari semua masalah adalah duit. Namun, tidak sesederhana itu caranya, seperti kita mengucapkan duit atau uang, bahkan dalam prosesnya proses bertahan ini dapat menimbulkan  konflik yang bisa melibatkan integritas sebuah harga diri.

Akar masalahnya, adalah monetisasi. Model bisnis media online, ternyata tak bisa menghasilkan uang secepat dan sebanyak yang selama ini dikira.

Pembaca yang tercerai-berai karena banyaknya media online membuat industri periklanan lebih selektif dalam memasang iklannya, mereka tidak ingin terjebak dalam penawaran semu yang memberikan janji palsu.

Kini, bisa dibilang para pengiklan lebih membutuhkan hal-hal nyata yang bisa membuat mereka juga untung dalam penjualan.

Jadi, bisa dibilang, proses kreatif tidak akan pernah berhenti di dalam media,  karena industri ini terus melakukan perubahan. Setiap zaman membutuhkan pendekatan yang berbeda termasuk di era digital seperti sekarang ini.

Bukan tidak mungkin di masa mendatang, prediksi mengenai ketepurukan media online karena perusahaan yang tidak bisa melakukan perubahan dan adaptasi secara cepat akan segera terjadi.

Sebagai penutup, saya akan mengutip sebuah quote dari buku Hey, Whipple, Squeeze This milik Luke Sullivan, “Creativity is like washing a pig. It’s messy. It has no rules. No clear beginning, middle or end. It’s kind of a pain in the ass, and when you’re done, you’re not sure if the pig is really clean or even why you were washing a pig in the first place.” 

oleh Andhika Anggoro Wening
disadur dari Bisnis, Kamis, 16 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar