TAHUN
2010, 2020, sampai 2030-an, Indonesia mengalami masa transisi ketika penduduk
produktif semakin banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan penduduk yang tidak
produktif. Fenomena ini dikenal sebagai bonus demografi. Struktur penduduk
seperti ini menguntungkan pemerintah karena penduduk usia produktif yang dapat
berperan serta di dalam pembangunan jumlahnya semakin banyak jiak dibandingkan
dengan yang tidak produktif. Sesuai dengan rasio ketergantungan pada 2010,
rasio Indonesia ialah 51,3%, artinya 100 orang usia produktif menanggung 51
orang usia tidak produktif. Struktur penduduk yang menguntungkan ini terjadi karena
periode 1970, 1980, dan sampai akhir 1990-an, pemerintah telah berhasil
menurunkan tingkat kelahiran penduduk (fertilitas), meningkatkan kualitas
pendidikan, serta kesehatan penduduk Indonesia.
Penduduk
yang lahir pada 1970, 1980, sampai akhir 1990-an pada saat ini merupakan
penduduk dengan usia produktif dengan umur 50-40-30-20 tahun yang mayoritas
berpendidikan serta memiliki kesehatan yang bagus. Penduduk ini jumlahnya
semakin banyak dan dikenal dengan masyarakat kelas menengah. Terminologi
masyarakat kelas menengah digunakan seiring dengan meningkatnya pendapatan per
kapita Indonesia yang sudah melampaui $3.000 per tahun sejak 2010.
Prediksi
bahwa Indonesia akan masuk ke masyarakat kelas menengah sudah disampaikan oleh
majalah Economist, majalah ekonomi internasional terbitan London yang
dibaca oleh berbagai latar belakang penduduk dunia. Economist (1993)
menyampaikan prediksi bahwa pada 2000, "Indonesia, once a pauper among
nations, should have joined the emergent middle class." Pauper
merupakan sinonim untuk bankrupt, poor, dan indigent, yang
artinya bangkrut dan miskin. Pernyataan Economist
ini dapat dimaknai bahwa Indonesia yang sebelumnya miskin dan bangkrut berhasil
menjadi negara kelas menengah pada 2000.
Economist
menyampaikan
bahwa prediksi Indonesia masuk menjadi kelompok kelas menengah terjadi karena
pencapaian pembangunan yang luar biasa (remarkable) karena sejak 1967,
pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 7%, pada 1960 ada sekitar 70% penduduk
Indonesia masuk ke kelompok masyarakat miskin dan persentase ini menurun dengan
cepat sampai pada 1990 yang mencapai hanya 15%.
Pencapaian
ini diperoleh dengan kerja keras, khususnya di dalam membangun desa dan sektor
pertanian yang menopang perekonomian Indonesia seiring dengan besarnya
persentase penduduk Indonesia yang berada di desa dan bekerja sebagai petani di
periode awal 1970, 1980. Seiring dengan kerja keras, segenap pihak dalam
memberantas kemiskinan, prestasi dalam mengentaskan kemiskinan ini memperoleh
penghargaan dari UNDP pada 1997 yang diberikan pertama kalinya kepada presiden
atau tokoh dunia.
Selain
pertanian, program pendidikan sejak 1970 dimulai seiring dengan pencanangan
program Wajib Belajar 6 tahun serta pembangunan sarana dan prasarana SD,
didukung dengan perbaikan kualitas guru dan kurikulum yang telah berhasil
memberantas buta huruf, dan meningkatkan pendidikan masyarakat miskin di
Indonesia. Bahkan pada 1993, sudah 90% penduduk Indonesia yang memiliki
pendidikan minimal SD. Atas prestasi ini, Presiden Soeharto diberikan penghargaan
The Avicenna Award dari UNESCO dalam Pembangunan Bidang Pendidikan untuk
Rakyat. UNESCO juga menjadikan Indonesia sebagai studi kasus untuk dicontoh
dalam pembangunan pendidikan di negara-negara berkembang.
Program
kesehatan yang dilaksanakan periode 1970, 1980, sampai 1990-an juga telah
berhasil meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Indonesia. Angka Harapan
Hidup penduduk Indonesia meningkat dari 47 tahun (1966) menjadi 67 tahun
(1997). Program imunisasi untuk mencegah kematian bayi juga telah mengurangi
angka kematian bayi dari 1971, yaitu 142 bayi per 1000 bayi, berkurang pada
1980 menjadi 112 bayi per 1000 bayi, dan berkurang lagi pada 1985 menjadi 75
per 1000 bayi.
Secara
total, angka kematian bayi periode 1971 sampai 1985 telah berkurang setengahnya,
Selain itu, ada gerakan ASI, gerakan Sadar Gizi untuk masyarakat di desa-desa
miskin Indonesia, serta pembangunan Puskesmas dan Posyandu yang berhasil
meningkatkan kesehatan seluruh penduduk Indonesia. Atas kinerja pencapaian
dalam meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia, WHO memberikan
penghargaan Health for All Golden Medal Award pada 1991.
Bonus
demografi yang kita nikmati saat ini juga tidak lepas dari program Keluarga
Berencana yang dimulai pada periode 1970, 1980. Program ini berhasil menekan
angka kelahiran dan prestasi dalam menekan angka kelahiran penduduk, juga
memperoleh penghargaan dari UN dengan penghargaan yang diberikan pada 1989,
yaitu United Nations Population Award serta penghargaan Global
Statesman in Population Award yang diberikan organisasi internasional The
Population Institute.
Saat
ini kita merasakan bahwa proses yang dilakukan 20-30-40 tahun yang lalu telah
terbukti mengembangkan kesejahteraan Indonesia, mengangkat harkat dan martabat
Indonesia dari negara miskin dan bangkrut menjadi negara kelas menengah. Selain
itu, sejarah juga mencatat organisasi-organisasi internasional telah memberikan
penghargaan di dalam periode 1980 akhir dan 1990-an untuk pencapaian Indonesia
yang dipimpin oleh Presiden Soeharto dalam upaya meningkatkan pendidikan,
meningkatkan kesehatan, serta mengurangi penduduk yang miskin. Penghargaan dari
organisasi internasional ini ialah apresiasi masyarakat internasional untuk
Indonesia dan Presiden Soeharto yang memimpin Indonesia di dalam periode
pembangunan.
Saat
ini, seiring dengan berkembangnya masyarakat kelas menengah serta bonus
demografi yang kita peroleh, sudah saatnya kita sebagai bangsa memberikan
penghargaan atas kinerja dan hasil pembangunan yang dilakukan 20-30-40 tahun
lalu dengan menghargai jasa-jasa para pemimpin kita, khususnya Presiden
Soeharto. Presiden Soeharto tentunya tidak mengharapkan penghargaan dari
organisasi internasional ketika memulai program-program prorakyat yang
dilakukan mulai 1970-80-90an, tetapi sebagai seorang pemimpin Indonesia yang
berkarya untuk Indonesia, penghargaan yang bernilai ialah penghargaan dari
masyarakat internasional serta penghargaan dari rakyat Indonesia atas kinerja
dan prestasi dalam meningkatkan harkat dan martabat rakyat Indonesia.
Oleh
Arissetyanto Nugroho
Disadur dari Media Indonesia, Rabu, 29 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar