“Teman
Ahok” bisa dikatakan adalah sebuah fenomena baru di kancah perpolitikan tanah
air. Kemunculan sebuah “gerakan relawan” yang mendukung seorang kandidat pemilu
secara eksplisit belum pernah terjadi sebelumnya.
Jika
dibandingkan dan dikaji lebih dalam, sebenarnya gerakan Teman Ahok bukanlah
sesuatu yang baru di ilmu politik khususnya jika kita menghubungkannya dengan
Politik Amerika Serikat (AS).
Apakah
sebuah kebetulan atau tidak, gerakan yang tercatat Minggu (19/6/2016) telah
berhasil mengumpulkan 1 juta KTP ini memiliki kemiripan dengan Political
Action Committee (PAC).
Apakah
PAC itu?
Di
dunia perpolitikan negeri Paman Sam, PAC yang memiliki sejarah panjang ini
secara sederhana didefinisikan sebagai sebuah komite politik yang bebas
dibentuk siapapun, mulai dari pebisnis, serikat buruh, perusahaan lobi atau
kandidat yang akan bertarung. Kalau di Indonesia, dapat dikategorikan sebagai
tim sukses kampanye.
Tujuan
pembentukan PAC umumnya ada dua yaitu memenangkan kandidat yang didukung dan
mendukung isu-isu politik tertentu. PAC dapat menggalang dana dari pihak
manapun dan kemudian memberikannya kepada kandidat yang didukung.
Selain
PAC, ada juga komite politik lain yang paling menonjol dan mendominasi pemilu
presiden AS tahun ini yaitu Super PAC. Ada dua hal krusial yang membedakan PAC
dan Super PAC.
Pertama
adalah jumlah dana yang dapat digalang dan dialirkan. PAC dibatasi hanya bisa
menggalang dan memberikan kepada kandidat masing-masing maksimum 5000 dolar
Amerika Serikat.
Di
tengah semakin mahalnya ongkos politik, Super PAC menjadi senjata ampuh capres
AS yang bertanding. Alasannya karena tidak ada batasan jumlah dana yang dapat
digalang dan kemudian diberikan.
Di
pilpres 2016, salah satu Super PAC Capres Demokrat Hillary Clinton yang bernama
“Priorities USA Action” kebanjiran dukungan fulus dari pengusaha maupun
tokoh-tokoh ternama di negeri adidaya itu.
Perbedaan
kedua adalah perihal independensi dengan kandidat yang didukung. PAC dapat
memberi langsung ke rekening kandidat dan berkoordinasi langsung dengan tim
kampanye untuk membahas strategi politik.
Sebaliknya,
Super PAC bersifat independen dan dilarang memberikan kontribusi langsung dalam
bentuk apapun ke kandidat. Super PAC dapat menyatakan dukungan secara terbuka
ke kandidat yang didukung.
Fulus
yang terkumpul dipakai biasanya untuk memasang iklan politik di televisi,
radio, dan surat kabar guna mempromosikan kandidat dan menyerang lawan politik.
Abu-abu
Namun
independensi ini semakin lama semakin abu-abu. Kolom editorial New York Times
yang dirilis beberapa waktu lalu menuliskan bahwa Super PAC perlahan mulai
mengambilalih fungsi kampanye seperti pengangkatan tim sukses, pemasangan iklan
politik, penyelenggaraan kampanye akbar, dll. Sebelumnya, fungsi ini dijalankan
oleh tim kampanye bentukan kandidat.
Jadi
apakah Teman Ahok dikategorikan sebagai PAC atau Super PAC?
Secara
harafiah gerakan relawan ini tidak termasuk kategori manapun karena PAC maupun
Super PAC tidak mengumpulkan KTP atau di AS disebut signatures untuk
meloloskan kandidat yang didukung.
Satu
hal juga, Teman Ahok tidaklah melakukan penggalangan dana dalam rangka
mendukung kampanye Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Seperti yang
mereka nyatakan, gerakan relawan ini hanya menggalang dana dalam bentuk
penjualan merchandise, tidak lebih untuk mendukung biaya operasional
mereka.
Namun
jika kita melakukan komparasi, satu hal yang tidak terbantahkan adalah Teman
Ahok secara terbuka menyatakan dukungan ke kandidat tertentu seperti fungsi
kampanye politik yang dilakukan oleh PAC maupun Super PAC.
Teman
Ahok secara aktif mempromosikan Basuki baik secara lapangan maupun cyber melalui social media mereka
yang sangat aktif.
Tidak
ketinggalan, poin krusial lain yang mirip adalah masalah independensi Teman
Ahok yang masih menjadi isu kontroversial walau kedua belah pihak telah
menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada “koordinasi” antara Graha Pejaten dan
Balaikota.
Layaknya
seperti Super PAC, terlihat ada warna abu-abu mengenai hubungan antara gerakan
relawan dan Gubernur DKI sendiri.
Sebenarnya
keabu-abuan ini disebabkan karena fenomena ini adalah sesuatu yang baru di
tanah air. Di Amerika, PAC dan Super PAC yang sudah beraktivitas sebelum tahap
kampanye resmi, memiliki regulasi yang jelas.
Selain
itu, electoral campaign finance atau peraturan penggalangan dana
kampanye juga terbukukan dengan baik prosedurnya.
Sementara
itu, di Indonesia belum ada regulasi yang mengatur bagaimanakah tahapan
pra-kampanye sebelum pendaftaran calon mengenai apa yang boleh dan tidak boleh
terutama dalam hal penggalangan dana.
Jadi
jika ditanya kembali, apakah Teman Ahok adalah PAC, Super PAC atau tim sukses
kampanye Ahok? Jawabannya adalah
abu-abu.
Kegiatan
yang dilakukan sangatlah menyerupai tim sukses, namun karena belum adanya
peraturan yang jelas, maka bisa dikatakan Teman Ahok adalah PAC maupun Super
PAC yang masih malu-malu dan berhati-hati menjalankan aktivitasnya.
Layak
disambut
Jika
dipikirkan lebih dalam, kemunculan PAC atau Super PAC ala Indonesia ini
sebenarnya layak disambut. Adanya sebuah gerakan relawan yang bersifat politik
adalah fenomena sehat di demokrasi Indonesia yang masih muda ini.
Gerakan
ataupun komite politik ini bisa menjadi alternatif ruang bagi rakyat untuk ikut
berpartisipasi politik. Alangkah baiknya gerakan pra-kampanye seperti ini dapat
diatur dalam sebuah regulasi resmi terutama perihal penggalangan dana.
Di
tengah semakin meningkatnya ongkos politik tanah air, sumbangan yang diberikan
masyarakat dalam bentuk pembelian merchandise merupakan bentuk
partisipasi politik yang sangatlah positif.
Apakah
kelak ingin meniru PAC yang dapat mengalirkan langsung dana ke kandidat atau
Super PAC yang bersifat independen, biarlah pihak berwenang yang menentukan.
Poin
terakhir yang juga tidak kalah krusial adalah hubungan Teman Ahok dan partai
politik yang sedang menjadi isu panas.
Di
Amerika, kemunculan PAC dan Super PAC tidak memicu terjadinya perdebatan
mengenai deparpolisasi. Yang ada, partai dan komite politik ini saling
bahu-membahu untuk mengejar target kemenangan yang diincar. Umumnya PAC maupun
Super PAC akan berkonsentrasi dalam memperkenalkan kandidat ke masyarakat dan
pemasangan iklan politik untuk “menghajar” lawan politik yang dihadapi.
Partai
Demokrat maupun Partai Republik sendiri memiliki keterbatasan dalam hal
perekrutan tenaga kampanye dan jumlah dana yang dapat diterima. Kehadiran
komite politik ini sangatlah membantu partai untuk menjalankan kampanye politik
yang memerlukan energi dan biaya yang besar.
Dalam
rilis Minggu sore, (19/6/2016), Teman Ahok dalam salah satu poinnya menyatakan
“siap” bekerjasama dengan seluruh pihak dengan satu syarat, yaitu memiliki
tujuan yang sama. Dengan relawan-relawan lain, dengan partai-partai politik,
selama semuanya mendukung Ahok tanpa syarat dan hutang politik.
"Teman
Ahok bukan relawan anti partai politik. Gerakan seperti Teman Ahok justru untuk
memperlihatkan aspirasi warga kepada parpol, dan kami bersyukur hari ini sudah
ada beberapa Parpol yang menjawab aspirasi tersebut,” tulis rilis
tersebut.
Apakah
Super PAC ala Indonesia bernama Teman Ahok ini akan lebih jelas fungsinya dan
membentuk “grand coalition” dengan partai politik seperti di AS?
Waktulah yang akan menjawabnya.
Sebagai
penutup, penulis ingin mengakhiri dengan menyentil sedikit bahwa partai politik
memang dipenuhi segudang cerita negatif. Namun jika kita hanya melihat sisi
negatif partai maka tidak akan pernah ada founding fathers.
Bangsa
ini bahkan mungkin tidak akan pernah dilahirkan sebagai Indonesia jika pada 4
Juli 1927 Bung Karno tidak mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yg
menempuh perjuangan politik merebut kemerdekaan.
oleh
Ericssen
disadur dari Kompas, Selasa, 21 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar