Hampir dua tahun sudah pemerintahan Jokowi berjalan. Berbagai
program pembangunan sudah dan sedang dijalankan, baik yang bersifat jangka
pendek, jangka menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Jangka pendek yang
berorientasi tahunan tampak dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang
terprogram dan teranggarkan dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara
(APBN).
Jangka menengah yang berorientasi lima tahunan tampak
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebagai perwujudan visi misi
Jokowi-JK ketika berkampanye sebagai calon presiden tahun 2014 yang lalu, Semua
program tersebut berkesinambungan dalam rangka menjalankan program pembangunan
jangka panjang yang berorientasi dua puluh tahunan yang tampak dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Berbagai program tersebut dijalankan
berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Salah satu permasalahan penting dalam pembangunan di
Indonesia adalah pembangunan infrastruktur. Selama 70 tahun lebih Indonesia
merdeka, pemerintah belum optimal dalam menjalankan pembangunan infrastruktur
untuk transportasi yang terintegrasi dan terkoneksi untuk keseluruhan wilayah
Indonesia, baik transportasi darat, laut, maupun udara.
Belum optimalnya pembangunan infrastruktur tersebut
berdampak pada high cost economy,
lemahnya daya saing produk Indonesia di luar negeri, dan biaya logistik yang
cukup tinggi. Rata-rata biaya logistik di Indonesia mencapai 17% dari total
biaya produksi, sedangkan di Singapura ahanya 6%, dan Malaysia 8%.
Untuk menekan high
cost economy, meningkatkan daya saing produk Indonesia di luar negeri, dan
menekan biaya logistik yang cukup tinggi maka pemerintahan Jokowi meningkatkan
porsi anggaran pembangunan infrastruktur pada APBN.
Hal ini tampak pada peningkatan porsi anggaran pembangunan
infrastruktur APBN 2015 yang mencapai Rp 290 triliun, kemudian naik menjadi Rp
314 triliun pada APBN 2016. Apabila dibandingkan dengan nilai Produk Domestik
Bruto (PDB), anggaran pembangunan infrastruktur pada APBN pascakrisis masih
lebih rendah dibandingkan sebelum krisis. Sebelum krisis, porsi anggaran
pembangunan terhadap PDB sekitar 7 persen. Sesudah krisis, pada masa
pemerintahan Jokowi, porsi anggaran pembangunan terhadap PDB di bawah 5%, yaitu
3,2 persen pada tahun 2015 kemudian naik menjadi 3,3 persen pada tahun 2016. Apabila
dibandikan dengan negara-negara lain, porsi anggaran pembangunan terhadap PDB
Indonesia masih terlalu rendah, yaitu Thailand dan Vietnam lebih kurang 7
persen dan Tiongkok lebih kurang 10%.
Di samping rendahnya porsi anggaran pembangunan terhadap
APBN dan PDB, kendala lainnya adalah rendahnya kemampuan pemerintah dalam
mengalokasikan anggaran belanja termasuk belanja modal. Pemerintah Indonesia
mempunyai permasalahan rutin dari waktu ke waktu, yaitu dalam penyerapan
anggaran baik APBN maupun APBD. Keterbatasan kemampuan penyerapan anggaran
menjadi faktor terkendalanya pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu,
berdasar pengalaman dalam mengelola APBN 2015, maka pemerintahan Jokowi
mengajukan jadwal pengadaan barang/jasa untuk APBN 2016 menjadi lebih awal di
sekitar Oktober 2015.
Hal ini bertujuan, agar APBN 2016 dapat dijalankan tepat
waktu di awal tahun 2016 sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya
penyerapan APBN yang rendah seperti pada APBN tahun-tahun sebelumnya. Apabila
proses pelelangan barang/jasa dapat dijalankan lebih awal, maka pembangunan
infrastruktur yang dibiayai dari anggaran belanja modal dapat lebih terserap,
termasuk pembangunan infrastruktur transportasi.
Dengan pembangunan infrastruktur transportasi yang
terintegrasi dan terkoneksi untuk keseluruhan wilayah Indonesia, baik
transportasi darat, laut, maupun udara, diharapkan menekan high cost economy, meningkatkan daya saing produk Indonesia di luar
negeri, dan menekan biaya logistic yang cukup tinggi. Untuk itu diperlukan
dirigen yang mampu memainkan orkestra pembangunan Indonesia sehingga akan
terwujud sebuah simponi yang indah, yaitu kesejahteraan masyarakat.
oleh: Rudy Badrudin
disadur dari Kedaulatan Rakyat, Selasa, 31 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar