Laba industri perbankan di Indonesia
pada kuartal II/2016 diproyeksi masih tumbuh terbatas. Lambannya penyaluran
kredit dan lonjakan rasio kredit bermasalah menjadi faktor utama penekan
pertumbuhan laba
Statistik Perbankan Indonesia yang
diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan perApril 2016 laba bersih
industri perbankan nasional tumbuh tipis setelah pada kuartal I mengalami
koreksi. Pada bulan keempat, laba bersih bank naik 2,11% secara tahunan dari
Rp36,84 triliun menjadi Rp37,62 triliun
Adapun, per Maret 2016 laba bersih
bank turun sebesar 2,29% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu menjadi
Rp28,95 triliun. Kelompok bank umum kegiatan
usaha (BUKU) II mencatatkan koreksi
laba bersih paling dalam, yakni sebesar 35,89% year on year (y-o-y).
Disusul oleh kelompok BUKU I yang
mengalami penurunan laba bersih sebesar 15,83% y-o-y. Sementara itu, kelompok
BUKU III mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang paling tinggi, yakni sebesar
37,92% y-o-y. Sedangkan bank-bank besar bermodal inti lebih dari Rp30 triliun
mencatatkan pertumbuhan tipis sebesar 1,30% y-o-y.
Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua
Pardede mengatakan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal mendatang
yang tidak begitu besar dan penyaluran
kre dit belum sekencang tahun lalu,
pendapatan bank diproyeksi masih seret.
“Daya beli masyarakat juga masih
lemah sehingga permintaan pinjaman juga melemah. Di sisi lain, kredit
bermasalah meningkat sehingga bank masih harus menyisihkan pendapatan sebagai
pencadangan,” ujarnya kepada Bisnis , Rabu (15/6).
Josua memperkirakan laba bersih bank
akan tumbuh cukup baik saat tekanan kredit bermasalah mulai mereda, yakni pada
akhir tahun nanti. Dari kalangan bankir, Direktur Utama PT Bank Mayapada
Internasional Tbk. Haryono Tjahrijadi memproyeksikan pertumbuhan laba bersih
perseroan pada kuartal II tidak akan jauh beda dengan
kuartal I.
"Kurang lebih akan sama seperti
kuartal I karena pertumbuhannya juga stagnan," jelasnya.
Pada kuartal I/2016, perseroan
mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 7,25% menjadi Rp36,72 triliun
dibandingkan dengan akhir tahun lalu yang senilai Rp34,24 triliun, sedangkan
penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh 10,74% menjadi Rp45,69 triliun
dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Dari segi laba bersih, perseroan
mencatatkan pertumbuhan sebesar 190,18% menjadi Rp281,34 miliar di bandingkan
dengan periode sama pada tahun lalu yang senilai Rp97,12 miliar.
Direktur Operasional PT Bank Harda
Internasional Tbk. Barlian Halim mengatakan pada kuartal Itahun ini,
pencadangan perseroan masih naik senilai Rp3 miliar dibandingkan akhir tahun
lalu.
“Kami masih akan terus menahan
pertumbuhan NPL supaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang dibentuk
bisa kembali ke laba,” terangnya. Sepanjang kuartal I/2016, Bank Harda
mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp2,89 miliar atau naik dari periode
sebelumnya Rp2,19 miliar. Kualitas pembiayaan emiten dengan kode saham BBHI ini
mengalami perburukan yang tercermin dari rasio NPL gross yang naik dari 3,35%
menjadi 7,18% secara tahunan.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Haru Koesmahargyo mengatakan pada akhir
tahun ini,perseroan berharap laba bersih tumbuh sebesar 3% hingga 5%. Namun,
perseroan hanya mencatat kan pertumbuhan laba bersih pada kuartal I/2016
sebesar 0,65% y-o-y. "Untuk mencapai laba bersih yang kami harapkan, kami
akan menaikkan target kredit kami sebesar 1%," ujarnya.
Rasio kredit bermasalah perseroan
mengalami peningkatan dari 2,17% menjadi 2,22% y-o-y. Haru mengatakan dengan
peningkatan NPL tersebut, pencadangan perseroan juga mengalami peningkatan dari
Rp15,39 triliun menjadi Rp18,51 triliun. Haru mengungkapkan peningkatan
pencadangan tersebut berdampak pada pertumbuhan laba.
Direktur PT Bank Mandiri (Persero)
Tbk. Pahala N. Mansury mengatakan perseroan masih harus menambah pencadangannya
di kuartal II karena kredit bermasalah juga terkerek. Dengan demikian laba pada
kuartal II cenderung flat.
“Pencadangan masih ada tambahan dari
kuartal I. Kita berharapnya laba membaik di kuartal III dan IV,” katanya. Bank
dengan logo pita emas ini membukukan laba bersih senilai Rp3,8 triliun atau
terkoreksi dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (y-o-y) yang senilai
Rp5,1 triliun
Disadur
dari Bisnis, Jum’at, 17 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar